Semarang (Antara Bali) - Ratusan umat Buddha di Kota Semarang dan sekitarnya mengikuti ritual memandikan "rupang" (patung) Buddha di Vihara Sasana Santi Semarang, Sabtu, menjelang perayaan Hari Raya Waisak.
Ritual memandikan "rupang" Buddha diawali dengan "pujabhakti", atau pembacaan sutra dalam bahasa Sansekerta yang dipimpin Upasaka Badramurti yang diikuti para pemeluk Buddha yang hadir dengan cukup khidmat.
Setelah itu dilanjutkan ceramah yang disampaikan Bhante Khemacaro yang disampaikan dengan dua bahasa, yakni Indonesia dan Jawa, agar mudah dipahami karena banyak pemeluk Buddha yang hadir sudah berusia lanjut.
Ritual memandikan "rupang" Buddha dilakukan dengan menyiramkan air bunga dan penancapan kayu cendana, mengartikan bahwa nama Buddha diharapkan selalu harum seperti halnya kayu cendana yang selalu wangi.
Menurut Upasaka Badramurti, ritual memandikan "rupang" Buddha menjelang perayaan Waisak itu sebenarnya merupakan sebuah simbol untuk membersihkan hati dan pikiran yang ada di dalam diri para pemeluk Buddha.
"'Rupang' yang dimandikan ini adalah rupang Bodhisattva Siddharta Gautama sebelum menjadi Buddha karena Trisuci Waisak ini memeringati tiga peristiwa penting, salah satunya kelahiran Pangeran Sidharta Gautama," katanya.(*/M038)
Umat Buddha Mandikan Rupang
Sabtu, 28 April 2012 20:17 WIB
