Pangkalpinang (Antara Bali) - Pengrajin makanan olahan khas di Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung, membatasi produksi karena biaya pembuatan maupun harga harga bahan baku masih tinggi.
"Saat ini harga bahan baku produk seperti minyak goreng, tepung, gula pasir, ikan dan lainnya masih tinggi, bahkan cenderung naik, sehingga memberatkan pengembangan usaha," kata Surti, salah seorang pengrajin makanan olahan khas di Pangkalpinang, Minggu.
Ia membatasi produksi makanan olahan seperti kemplang, kricu, getas dan sejenisnya. "Kami biasanya membuat beraneka makanan khas mencapai 400 kilogram per hari, namun terpaksa diturunkan hanya 100 kilogram sejak kenaikan harga bahan baku," ujarnya.
Surti juga beralasan bahwa daya beli masyarakat menurun, namun pihaknya tidak berani menaikkan harga jual yang setara kenaikan harga bahan baku yang cenderung terus naik tersebut.
Ditambahkan, harga kretek atau getas Rp95 ribu per kilogram, kemplang goreng Rp80 ribu, kemplang bakar Rp65 ribu, terasi udang super Rp85 ribu dan harga abon ikan tenggiri Rp115 ribu per kilogram.
"Saat ini bahan baku yang harganya mengalami kenaikan cukup tinggi yaitu ikan, seiring terbatasnya hasil tangkapan nelayan sejak cuaca di laut memburuk," ucapnya.(*/T007)
Bahan Mahal Pengrajin Batasi Produksi
Minggu, 8 April 2012 12:07 WIB