Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan pemberian air susu ibu (ASI) pada anak turut berperan menurunkan prevalensi kekerdilan atau "stunting" pada anak karena ASI memenuhi kebutuhan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan anak.
“Pemberian ASI juga menjadi salah satu intervensi prioritas yang terbukti efektif dalam pencegahan 'stunting'. Oleh karena itu, pemberian ASI kepada anak harus terus didorong agar prevalensi 'stunting' dapat segera diturunkan,” kata Ma’ruf Amin saat membuka web seminar Pekan Menyusui Sedunia dari Jakarta, Rabu.
Dengan pemberian ASI eksklusif pada anak, menurut dia, hal itu turut membantu upaya pemerintah menurunkan angka prevalensi "stunting" pada anak hingga mencapai 14 persen pada 2024.
Baca juga: Pakar Unair: Anemia saat hamil dan asap rokok picu "stunting" bayi
Saat ini angka prevalensi "stunting" pada anak di Indonesia berdasarkan data tahun 2019 mencapai 27,6 persen. Sementara standar Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) adalah di bawah 20 persen.
Ma’ruf mengatakan lebih dari separuh anak-anak Indonesia masih belum mendapat hak ASI eksklusif. Kementerian Kesehatan mencatat bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Indonesia masih di bawah 50 persen.
“Ini tentu saja menjadi pekerjaan rumah bagi kita bersama untuk terus mendorong dan mendukung agar ibu-ibu dapat memberikan ASI saja selama enam bulan pertama, dan dilanjutkan hingga anak berusia dua tahun,” katanya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, inisiasi menyusui dini (IMD) baru mencapai 58,2 persen. Survei Data dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 juga menunjukkan jumlah bayi berusia kurang dari enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif baru 52 persen. “Cakupan IMD dan ASI eksklusif ini harus terus kita tingkatkan,” kata Terawan.