Denpasar (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan frekuensi curah hujan yang cukup tinggi di Pulau Dewata berpotensi menahan produksi pangan dan mendorong laju inflasi.
"Tertahannya ketersediaan produksi pangan pada akhirnya akan dapat memberikan tekanan terhadap inflasi Maret 2020," kata Trisno di Denpasar, Selasa.
Trisno menambahkan, selain frekuensi hujan, gelombang laut yang tinggi juga berpotensi mengganggu ketersediaan produksi pangan pada bulan berikutnya.
Meski demikian, ia memperkirakan inflasi pada Maret 2020 akan tetap terkendali dan berada pada kisaran sasaran tahun ke tahun tiga persen plus minus satu persen melalui koordinasi kebijakan.
"Bank Indonesia Provinsi Bali akan tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) guna memastikan inflasi terjaga dalam kisaran sasaran nasional," ujar Trisno.
Trisno menambahkan tekanan inflasi di Provinsi Bali melandai pada Februari 2020 dibandingkan bulan sebelumnya karena turunnya harga bensin jenis Pertamax, tarif angkutan udara dan sayur mayur khususnya tomat.
Turunnya tekanan harga tersebut, tambah dia, disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang menurunkan harga BBM nonsubsidi pada awal Februari 2020.
Selain itu, seiring dengan berakhirnya musim Hari Besar Keagamaan, terjadi penurunan permintaan terhadap angkutan udara sehingga harga tiket pesawat terbang juga menurun.
"Selama bulan Februari, pasokan pangan di seluruh Bali secara umum dapat memenuhi kebutuhan permintaan sehingga harga komoditas pangan pada umumnya cukup terkendali," katanya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat terjadinya inflasi sebesar 0,44 persen pada Februari 2020 atau lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya 0,57 persen.
Pencapaian inflasi Bali pada Februari 2020 itu tercatat lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional sebesar 0,28 persen.
Tingkat inflasi Bali dari tahun ke tahun ikut tercatat sebesar 3,55 persen atau lebih tinggi dibandingkan angka nasional sebesar 2,98 persen.
Laju inflasi terjadi pada dua kota yang menjadi sampel Indeks Harga Konsumen (IHK) di Bali yaitu Denpasar sebesar 0,39 persen dan Singaraja sebesar 0,70 persen.
Di Denpasar dan Singaraja, inflasi bersumber dari kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau masing-masing sebesar 1,18 persen dan 2,02 persen.