Denpasar (ANTARA) - Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar, Bali Made Muliawan Arya mengharapkan masyarakat mewaspadai dan mengurangi mengonsumsi daging babi, karena terjadi wabah virus demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) akhir-akhir ini yang menyebar di sejumlah wilayah di Bali.
"Saya mengharapkan kepada masyarakat, khususnya di Kota Denpasar untuk menjaga kesehatan, karena telah terjadi wabah virus demam babi Afrika, karena itu warga mengurangi konsumsi daging tersebut untuk sementara waktu, sembari menunggu informasi lebih lanjut dari dinas peternakan setempat," kata Muliawan Arya menyikapi terjadinya wabah virus tersebut di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan dengan tersebarnya virus yang mematikan pada ternak babi tersebut, pihaknya mengharapkan pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan dan Pertanian Denpasar agar terus memantau ke lapangan atau ke para peternak.
Baca juga: Pemkab Badung gencarkan sosialisasi guna tekan kematian ternak Babi
"Dengan langkah tersebut para peternak maupun masyarakat akan lebih mengetahui gejala-gejala terjadinya serangan virus demam babi Afrika. Untuk itu kami juga meminta kepada instansi pemerintah dapat menyampaikan informasi terkait penyakit itu," ujar Muliawan Arya yang akrab dipanggil De Gadjah.
Menurut De Gadjah, dengan adanya informasi secara resmi dari pemerintah (Dinas Peternakan dan Pertanian) maka warga akan mengetahui tentang virus yang menyerang babi. Terlebih di Bali menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan yang biasanya masyarakat memotong babi.
"Menjelang Hari Raya Gulungan dan Kuningan sebagian masyarakat di Pulau Dewata melakukan tradisi pemotongan babi, karena itu sangat diperlukan adanya informasi mengenai kesehatan ternak babi," ucapnya.
Hal yang sama juga dikatakan Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali Nyoman Suyasa meminta kepada Dinas Peternakan setempat terus melakukan pemantauan ke masyarakat atau peternak babi terkait adanya wabah virus demam babi afrika.
Baca juga: Kadistan Bali akui 808 ekor babi terkena ASF
"Saya mengharapkan Dinas Peternakan dan Pertanian agar terus melakukan pemantauan di lapangan, karena semakin merebak wabah demam babi afrika," kata Nyoman Suyasa.
Ia mengharapkan gerakan pemantauan ke lapangan sangat penting, jika hanya menunggu laporan masyarakat akan lambat penanganannya. Saat ini para peternak babi di Bali sudah mengalami kekhawatiran dengan adanya wabah virus ASF.
"Para peternak babi saat ini merasa resah dan khawatir, sebab serangan dari wabah ASF datangnya mendadak. Dan jika sudah tertular ternak babi tersebut akan mati," katanya.