Denpasar, Bali (ANTARA) - Lembaga Pasraman (pendidikan nonformal) Wandhira Widyasrama Denpasar, Bali melaksanakan kegiatan pendidikan karakter bagi siswa Sekolah Dasar di daerah itu.
Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra di Denpasar, Kamis, mengatakan kegiatan pasraman tersebut mulai sejak dini untuk kepentingan pelestarian, pengembangan, dan penguatan kebudayaan oleh anak didik.
"Tidak hanya dalam melestarikan kebudayaan, namun juga diharapkan memiliki strategi melestarikan, memperkuat, dan mengembangkan kebudayaan ini. Saya sangat berharap kepada tokoh masyarakat, guru, pembinaan, dan tokoh adat (bendesa), termasuk Dinas Kebudayaan Denpasar agar dapat memberikan pengetahuan dalam tujuan pelaksanaan pasraman dan dapat berguna bagi pendidikan anak-anak kita ke depan," ucapnya.
Ia mengatakan langkah itu tidak saja untuk melestarikan budaya, namun dibutuhkan suatu penguatan dan pengembangan kebudayaan itu sendiri.
Rai Mantra mengatakan keberadaan pasraman yang berjalan hingga tahun ke-11 itu telah mampu memberikan pengaruh positif bagi anak didik dalam memahami perbedaan dengan proses belajar mengajar di sekolah.
Di samping itu, pembelajaran tentang permainan tradisional yang memberikan nilai-nilai pendidikan tentang kebersamaan dapat juga dilaksanakan dalam pasraman tersebut.
Ia mengakui kemajuan teknologi saat ini memberikan dampak positif dan negatif bagi perkembangan interaksi sosial anak-anak.
"Mental, spiritual, dan moral menjadi tantangan kita bersama, sehingga pendidikan budi pekerti sangat tepat diberikan dalam proses belajar di pasraman. Seperti filasafat Ida Pedanda Made Sidemen, yakni 'selampah laku' relevan hingga saat ini dapat sebagai acuan kita bersama dalam proses pengembangan kreativitas dalam diri generasi kita ke depan," ujarnya.
Dia mengatakan terdapat tujuh unsur kebudayaan yang tidak saja mencakup seni dan budaya, tetapi juga ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Hal itu dapat digunakan dalam mengembangkan pasraman.
Bendesa (Ketua Adat) Sumerta, Wayan Butuantara, mengatakan pihaknya tidak saja menggelar pasraman bagi anak-anak, namun juga remaja.
"Pendidikan dalam pasraman tentu memiliki perbedaan dalam pendidikan formal di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan pasraman diharapkan memberikan dampak postif bagi siswa dalam mengasah diri melaksanakan Tri Hita Karana. Di pasraman menajamkan pendidikan diri, tradisi, dan agama, dengan memberikan ruang, tuntunan, dan pengawasan sehingga setelah remaja mampu berimbas pada penguatan karakter," ujarnya.