Petang (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menegaskan, pelaksanaan sistem pertanian terintegrasi yang diperkenalkan sejak 2009 dengan sebutan "Simantri", bukan merupakan program untuk mendapatkan popularitas dari rakyat Pulau Dewata.
"Simantri menjadi salah satu upaya menjaga dan meningkatkan populasi sapi yang merupakan plasma nutfah khas Bali di samping untuk melestarikan alam," kata Gubernur Pastika saat meninjau lokasi pelaksanaan Simantri di kawasan Petang, Kabupaten Badung, Minggu.
Dia menyampaikan, selama ini kebutuhan daging sapi khas Bali itu terbesar justru berasal dari sekitar Jakarta, sehingga perdagangan ternak tersebut seringkali merugikan peternak di daerah ini.
"Lama-lama keberadaan 'sapi bali' bisa punah karena masyarakat malas beternak. Secara ekonomis beternak dianggap tidak menguntungkan. Selain itu, dulu sapi dipelihara untuk membajak sawah, tetapi belakangan petani lebih banyak menggunakan traktor," ujarnya.
Jika memelihara sapi hanya mengharapkan anakannya dan penggemukan, dihitung-hitung itu rugi juga dibandingkan dengan biaya pemeliharaannya.
Oleh karena itu, lanjut Pastika, Pemprov Bali mencari jalan melestarikan sapi tersebut sebagai plasma nutfah asli Pulau Dewata melalui program Simantri. "Dengan pupuk organik dan biourine sapi yang juga diproduksi di lokasi kelompok tani, sekaligus lahan pertanian menjadi lebih subur," kata mantan Kapolda Bali ini.(**)
"Simantri" Bukan Untuk Dapatkan Popularitas
Minggu, 6 November 2011 13:44 WIB