Tanjungpinang (ANTARA) (ANTARA) - Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Indonesia dan Singapura akan menggelar latihan bersama penanganan kecelakaan penerbangan pada September 2019 di wilayah Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri).
Persiapan latihan bersama kedua negara itu kini tengah dibahas melalui rapat "Sarex Coordination Meeting XXXVII/2019" di Batam selam 8-12 Juli 2019.
Direktur Kesiapsiagaan Basarnas Didi Hamzar di Batam, Rabu, menilai penting bagi Indonesia untuk meningkatkan kerja sama melalui latihan SAR dengan negara tetangga, seperti Singapura, mengingat bencana atau insiden berpotensi terjadi dalam waktu tak terduga.
"Apalagi Indonesia letaknya sangat dekat dengan Singapura, dengan adanya kerja sama yang terus ditingkatkan ini diharapkan bisa membuat kedua negara ini lebih sigap dalam mengatasi sebuah bencana atau insiden," ujar dia.
Selain meningkatkan kapasitas kedua belah pihak, kata didi, latihan SAR itu juga untuk menuntaskan misi penyelamatan di kawasan perbatasan atau di masing-masing negara.
Baca juga: Kapal barang tenggelam di perairan Bima
Baca juga: Dandim Tabanan melihat kesiapan alat SAR di Tanah Lot
Baca juga: Tim SAR gabungan berhasil evakuasi penumpang Lion Air
Dengan begitu, kata dia, misi SAR dari kedua negara bisa tercapai.
Dia menjelaskan latihan SAR bersama itu merupakan praktik di lapangan, termasuk pemberian materi yang menjadi bekal dalam meningkatkan kapasitas masing-masing personel SAR untuk melakukan upaya penyelamatan.
“Setidaknya setelah latihan ini, kapasitas kita untuk melakukan penyelamatan bertambah,” ungkapnya.
Direktur Air Traffic Service Division Singapura, Rosly Md Saad, menegaskan dalam kerja sama latihan SAR Indonesia dan Singapura itu, pihaknya tetap memprioritaskan misi penyelamatan jika sewaktu-waktu terjadi bencana atau sejenisnya di kawasan Singapura dan Indonesia.
Menurut dia, kalaupun sewaktu-waktu terjadi persoalan politik antarkedua negara, hal itu bukan hambatan untuk menerjunkan bantuan.
“Salah satu tugas utama kami, yakni memprioritaskan misi penyelamatan atau kemanusiaan. Jika waktu-waktu ada persoalan politik, biarkan pemerintah yang mengurusnya,” katanya.
Rosly mengharapkan kerja sama yang sudah terjalin selama 36 tahun tersebut semakin mempererat hubungan kedua negara, terutama terkait dengan SAR.