Denpasar (Antara Bali) - Kepala Pusat Pengembangan Bahasa Indonesia Prof Dr Cece Sobarna MHum mengatakan, untuk melestarikan bahasa daerah, termasuk Bahasa Bali, diperlukan komitmen positif dari pemangku kepentingan dalam membuka lapangan kerja bagi lulusan sastra daerah.
"Adanya keengganan generasi muda untuk melestarikan bahasa daerahnya karena selama ini mereka menganggap dengan mahir berbahasa daerah belum tentu dapat mendatangkan penghasilan di kemudian hari," kata Cece Sobarna saat menjadi pembicara pada Kongres Bahasa Bali VII di Denpasar, Rabu malam.
Menurut dia, berbeda halnya dengan penguasaan bahasa asing yang dianggap memberikan peluang kerja menjanjikan.
"Karakter masyarakat Indonesia saat ini terkadang melihat bahwa nilai yang dari luar itu terlalu positif. Di samping karena pengaruh globalisasi yang menyebabkan tergerusnya pemakaian bahasa daerah sebagai salah satu nilai identitas masyarakat," ujar Cece.
Sementara itu, Direktur Tinggalan Purbakala Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Dr Tony Djubiantono, pembicara lainnya mengatakan, keterpinggirkannya bahasa daerah disebabkan karena terjadi pertarungan budaya sebagai dampak dari perkembangan budaya yang tumbuh dengan cepat.
"Budaya yang kuat akan menggilas budaya yang lemah," katanya.
Ia mengusulkan perlunya dipikirkan bentuk-bentuk kemasan bahasa yang lebih menarik bagi kaum muda sehingga akan meningkatkan minat mereka dalam mempelajari dan menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa pergaulan, serta sebagai wahana yang apresiatif dan edukatif.
"Penggunaan bahasa Bali dalam seni pertunjukan ataupun teater harus terus dipelihara vitalitasnya. Bentuk pengemasannya hendaknya tidak lepas dari industri budaya itu sendiri dalam menjawab tantangan zaman," ujar Tony.(*)
Lestarikan Bahasa Bali Perlu Komitmen Lapangan Kerja
Rabu, 12 Oktober 2011 20:55 WIB