Batam (ANTARA) (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau, Didi Kusmarjadi, memastikan hingga kini tidak ada warga kota setempat yang mengidap cacar monyet atau kabar itu merupakan hoaks.
"Tidak ada yang mengidap cacar monyet," kata Didi di Batam, Sabtu. Ia membantah rumor yang menyebutkan bahwa virus yang berasal dari hewan itu sudah mewabah di Kota Batam.
Namun memang, kata dia, pemerintah melakukan berbagai langkah sebagai upaya antisipatif agar virus tidak sampai masuk dan menyebar di Batam.
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain memindai suhu tubuh semua orang yang baru masuk Batam melalui pelabuhan dan bandara internasional, dan memastikan semuanya dalam kondisi sehat.
Langkah lainnya, menyiapkan ruang khusus, untuk mengisolasi bila menemukan orang yang terduga membawa virus cacar monyet.
Kadinkes mengingatkan agar warga menjaga hewan peliharaannya, termasuk monyet agar tidak terkena virus cacar.
Penularan cacar monyet, melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa pada hewan yang terinfeksi.
Sementara itu, Kepolisian Daerah Kepri mengeluarkan imbauan keamanan dan ketertiban masyarakat terkait penyakit cacar monyet.
Kabid Humas Polda Kepri Kombes Pol S Erlangga membagikan informasi mengenai cacar monyet agar masyarakat bisa mengantisipasi dan tidak resah.
"Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Wabah cacar monyet sejauh ini masih dapat dikendalikan," kata Kabid Humas yang dibagikan melalui pesan aplikasi kepada masyarakat.
Baca juga: Dinkes klarifikasi "hoaks" cacar monyet di Bandarlampung
Baca juga: Hoaks picu bentrok dua dusun di Lampung Tengah
Indonesia tidak ada
Sebelumnya (17/5), Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono menegaskan kasus monkeypox tidak ada di Indonesia baik ditemukan pada manusia maupun virus yang berinang di hewan.
Anung menegaskan sebenarnya penyakit monkeypox merupakan penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya jika tidak ada super infeksi sehingga tidak usah panik, namun kewaspadaan perlu ditingkatkan.
"Sekali lagi hewannya adalah hewan yang saat ini diyakini masih berada di Afrika, kita tidak menemukan hal-hal semacam ini," kata Anung.
Dilaporkan sebelumnya seorang warga negara Nigeria menderita Monkeypox saat mengikuti lokakarya di Singapura. Saat ini pasien dan 23 orang yang kontak dekat dengannya diisolasi untuk mencegah penularan lebih lanjut.
Anung menegaskan pemerintah telah melakukan hal-hal pencegahan mulai dari perketat penjagaan di seluruh pintu masuk negara, dan pengamatan kunjungan orang dan perpindahan orang melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Selain itu Anung juga mengimbau masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan rajin mencuci tangan terutama setelah memegang hewan, hindari kontak dengan hewan inang seperti monyet; tikus; dan tupai meski belum ada infeksi pada hewan inang, dan hindari makan daging hewan liar.
Upaya perlindungan personal
Sementara untuk orang yang bepergian ke daerah Afrika Tengah, Kemenkes memastikan akan memberikan perlindungan yang cukup melalui upaya-upaya personal.
Selain itu apabila masyarakat mengetahui ada tetangga atau kerabat yang baru pulang dari daerah dengan potensi monkeypox untuk segera berkunjung ke fasilitas kesehatan apabila terdapat gejala dalam masa inkubasi.
"Yaitu pada masa empat sampai 21 hari setelah kepulangan memiliki gejala panas, kemudian pegal-pegal seluruh tubuh, sakit kepala hebat, ada pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau tempat lain, atau kulit yang melepuh," kata Anung.
Monkeypox adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada kulit atau mukosa dari binatang yang tertular virus.
Penularan pada manusia, menurut Anung, terjadi karena kontak dengan monyet, tikus gambia dan tupai, atau mengonsumsi daging binatang yang sudah terkontaminasi. Inang utama dari virus ini adalah rodent (tikus). Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang.
Wilayah terjangkit Monkeypox secara global yaitu Afrika Tengah dan Barat seperti Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Sierra Leone, Gabon dan Sudan Selatan.
Kadinkes: hoaks, warga Batam idap cacar monyet
Senin, 20 Mei 2019 9:09 WIB