Karangasem, Bali (ANTARA) - Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri beserta Wakilnya I Wayan Artha Dipa mengucapkan "Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1941", yang jatuh pada hari Kamis 7 Maret 2019 bagi seluruh umat Hindu.
Mas Sumatri menyampaikan imbauan khusus pada perayaan Nyepi kali ini karena perayaan Nyepi berdekatan dengan hajatan pesta demokrasi Pemilu, 17 April 2019 agar tetap menjaga kedamaian pada lingkungan.
Bupati perempuan pertama di "Bumi Lahar" ini berpendapat, kondusifitas dan kedamaian adalah harga mati, yang tak bisa digoyahkan oleh perbedaan pilihan politik. Apalagi ia sedang berkonsentrasi mewujudkan Karangasem "Cerdas, Bersih dan Bermartabat berlandaskan Tri Hita Karana".
"Tahun politik jangan memengaruhi kedamaian masyarakat. Jalankan Catur Bratha Penyepian dengan introspeksi diri atau mulatsarira, agar tercipta keseimbangan Bhuana Alit dengan Bhuana Agung," kata Bupati Mas Sumatri menyarankan di damping Wabup Artha Dipa, di Kantor Bupati Karangasem, Kamis (28/ 2) kemarin.
Perayaan Nyepi, lanjut dia, merupakan warisan leluhur bagi negeri ini yang mengandung nilai-nilai luhur. Hal ini tercermin dari "Catur Brata penyepian" yang senantiasa menjadi pedoman dan penuntun bagi umat Hindu dalam melaksanakan prosesi Nyepi.
“Catur Bratha Penyepian, seperti yang kita ketahui bagiannya, yakni tidak menyalakan api, tidak beraktivitas, tidak ke luar rumah, dan tidak bersenang-senang atau berfoya-foya. Marilah setahun sekali kita implementasikan ajaran yang adi luhung ini dengan khidmat," ucapnya.
Bupati mengajak, umat Hindu membangun kebanggaan diri karena diberi kesempatan turut menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur yang telah ada di negeri ini sejak dahulu. Hari Raya Nyepi dan hari-hari raya umat Hindu lainnya merupakan tonggak-tonggak peringatan penyadaran dharma. Oleh karena itu kegiatan dalam menyambut datangnya hari-hari raya itu semestinya tidak pada segi hura-hura dan kemeriahannya, tetapi lebih banyak pada segi tattwa atau falsafahnya.
Sebagai orang nomor satu di Karangasem, Mas Sumatri mengimbau instansi pemerintah dan swasta yang mengemban tugas pelayanan pada Hari Raya Nyepi agar menyiapkan petugasnya sehari sebelum Hari Raya Nyepi dilaksanakan. Serta bersama-sama menertibkan peredaran dan penggunaan minuman keras (Miras) di wilayah kerjanya masing-masing.
Pada kesempatan yang sama, Wabup Artha Dipa menyebut, Nyepi merupakan Hari Raya Umat Hindu untuk memperingati perayaan Tahun Baru Saka. Bagi masyarakat Bali, lanjutnya, Nyepi identik dengan hari, di mana umat Hindu tidak keluar rumah seharian. Sehari setelah "Ngerupuk dengan Ogoh-Ogoh buta kalanya".
Pada malam harinya sepi dan gelap gulita karena tidak boleh menyalakan lampu, hari yang memberi kesempatan untuk mulatsarira (introspeksi/kembali ke jati diri) dengan merenung atau meditasi, pelaksanaan "Catur Brata Penyepian".
Ia menegaskan Perayaan Nyepi dengan Catur Brata Penyepiannya membuat Bali sebagai satu-satunya pulau di dunia yang mampu mengistirahatkan seisi pulau secara total sehari penuh dari berbagai aktivitas. Setahun sekali memberi kesempatan kepada alam semesta untuk bebas menghirup segarnya udara tanpa asap dan polusi kendaraan dan mesin.
Di hari itu umat Hindu melakukan tapa, berata, yoga, samadhi untuk mengadakan koreksi total pada diri sendiri, serta menilai pelaksanaan Tri Kaya Parisudha. (Perbuatan, Perkataan dan Pikiran). (*)