Denpasar (Antaranews Bali) - Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi Bali mengkampanyekan kepada masyarakat maupun orang tua tentang Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) remaja, guna mencegah kekerasan seksual pada anak dan remaja.
"Kami secara berkesinambungan telah melakukan edukasi kepada orang tua siswa dan para remaja di sekolah-sekolah terkait HKSR ini, namun kami juga ingin menggandeng insan pers yang ada di Pulau Dewata agar ikut membantu PKBI Bali dalam upaya edukasi ini melalui pemberitaannya," kata Direktur Eksekutif PKBI Bali, I Komang Sutrisna di Denpasa, Selasa.
Hal ini penting dilakukan, agar HKSR pada remaja ini terbiasa didengar masyarakat dan remaja sehingga para generasi penerus bangsa ini tidak diracuni dengan hal-hal yang negatif, seperti pornografi dan prilaku seksual yang menyimpang.
Komang Sutrisna mengatakan, edukasi HKSR ini juga sangat penting diberikan kepada para orang tua, guna dikemudian hari dapat membentuk karakter anak-anak mereka menjadi anak yang bertanggungjawab terhadap kesehatan reproduksinya.
"Melalui upaya ini, baik itu orang tua dan anak muda yang akan memasuki tahap berkeluarga, bisa membentuk keluarga yang bertanggungjawab ke depannya, dengan memahami HKSR ini," ujarnya.
Salah satu tugas PKBI Bali ini adalah melakukan pendampingan kepada wanita yang mengalami kehamilan tidak diinginkan (KTD) melalui pelayanan yang aman dan bertanggungjawab, dimana secara nasional telah memiliki 13 klinik untuk melakukan pendampingan ini.
Tercatat dari Tahun 2010 hingga 2015, di Indonesia terdapat 32.729 orang wanita mengalami KTD dan telah mendapat layanan induksi haid yang aman di 13 klinik terebar di seluruh Indonesia.
Sementara itu, Wakil Ketua PKBI Provinsi Bali, dr Oka Negara menambahkan, melalui upaya sinergi media dalam mengkampanyekan HKSR ini diharapkan para remaja dan masyarakat tidak tabu lagi dengan pentingnya kesehatan organ reproduksi mereka.
"Peran media juga sangat penting untuk mengedukasi masyarakat dalam upaya pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada anak dan remaja," ujarnya.
Ia mengatakan, kekerasan seksual pada anak dan remaja tidak terlepas dari pengaruh kemajuan teknologi yang terus berkembang saat ini. "Anak-anak sekarang rata-rata mendapat informasi melalui media sosial dan internet, jadi peran orang tua sangat penting mengawasi anaknya untuk terhindar dari kekerasan seksual," ujarnya.
Oleh karena itu, PKBI Bali akan membuat program "parents center" untuk mendekatkan diri dengan para orang tua agar dapat memantau perkembangan anaknya agar terhindar dari prilaku negatif seperti menonton vidio porno dan memposting foto tidak baik di media sosial.
"Kami mengajak para orang tua untuk mengajarkan komunikasi yang baik dengan anaknya, sehingga anak-anak mereka lebih terbuka dalam mengekspresikan keluh kesahnya kepada orang tua mereka," ujarnya.
Terkait peran PKBI Bali dalam advokasi mencegah kekerasan seksual pada anak dan remaja, diakuinya sudah berjalan dengan baik, dengan bekerjasama dengan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Denpasar. (WDY)