"Saya sengaja menunggu peristiwa alam Gerhana Bulan Total ini dari Jumat malam dan mengajak anak saya untuk ikut menyaksikan," ujar warga yang tinggal di wilayah Kerobokan, Badung, Sulistyowati.
Ia mengaku ingin mengetahui bagaimana kondisi bulan saat terjadinya fenomena "super blood moon" yang kali ini merupakan kejadian dengan durasi waktu gerhana terlama yang terjadi dalam waktu sekitar 100 tahun sekali.
"Tapi sayang langitnya berawan saat bulan mencapai fase puncak gerhana, yang informasinya akan berwarna merah darah. Jadi, tidak bisa melihat puncak gerhananya," katanya.
Hal yang sama dikatakan oleh Aditya, warga yang tinggal di kawasan Akasia, Denpasar. Awalnya, ia memang sudah menantikan fenomena alam Gerhana Bulan Total tersebut, namun ia sedikit kecewa karena langit tertutup awan sehingga Gerhana Bulan Total tidak dapat diamati.
"Ya karena setelah ditunggu saat bulan tidak terlihat, saya memilih untuk kembali masuk ke rumah dan tidak jadi menyaksikan peristiwa gerhana," ujarnya.
Sementara itu, Komang Asih, warga yang tinggal di kawasan Penatih, Denpasar mengatakan awan yang menutupi langit juga membuatnya tidak dapat menyaksikan seluruh fase dari Gerhana Bulan Total.
"Awal gerhana itu langit masih cerah. GBT terlihat hingga bulan sudah tertutup sekitar seperempat bagian. Namun, saat itu awan mulai menutupi bulan. Hingga akhirnya bulan bisa kelihatan lagi ketika fase gerhana bulan total yang katanya terlama ini sudah selesai. Saya tidak dapat melihat bulan berwarna merahnya," katanya.
Koresponden Antara di Denpasar melaporkan kondisi cuaca tampak berawan sejak Jumat malam. Fase terjadinya GBT juga tidak dapat diamati seluruhnya akibat tertutup awan, bahkan hujan rintik-rintik juga sempat membasahi sejumlah wilayah di Kota Denpasar dan Badung. (ed)