Nusa Dua (Antara Bali) - Ketua DPR RI, Setya Novanto, bertemu dengan Parlemen Turki yang dipimpin Ahmet Aydin untuk melakukan kerja sama bilateral dalam berbagai forum internasional, terutama negara G-20 agar bisa mendorong perdagangan dunia yang memiliki dimensi keadilan.
"Indonesia dan Turki tergabung dalam negara G-20. Kami sepakat untuk terus bekerja sama dalam berbagai forum internasional, terutama di G-20, sehingga bisa mendorong perdagangan dunia yang memiliki dimensi keadilan," katanya saat melakukan pertemuan bilateral itu di sela Pertemuan Parlemen Dunia 2017 di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Dalam pertemuan bilateral tersebut, Setya Novanto didampingi oleh Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen DPR RI, Nurhayati Assegaf; Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Satya Yudha; dan Ketua Fraksi Partai Golkar DPR RI, Robert J. Kardinal.
Menurut Setya Novanto, stabilitas politik dan ekonomi yang kini terjaga dengan baik membuat Indonesia lebih ramah kepada para investor. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,01 persen di atas pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3,5 persen dan berada di posisi tiga besar di kelompok negara G-20 bersama India (7,2 persen) dan Tiongkok (6,6 persen).
Berdasarkan survei Gallup World Poll 2017 terungkap bahwa 80 persen masyarakat Indonesia menaruh kepercayaan terhadap pemerintahan nasional yang dipimpin Presiden Joko Widodo. Dengan demikian, pihaknya berharap Turki tidak perlu khawatir untuk berinvestasi.
Selain membicarakan kerja sama ekonomi, Parlemen Turki juga menyampaikan terima kasih dan apresiasi atas penyelenggaraan "World Parliamentary Forum" yang telah mengangkat isu Rohingya. Turki juga memiliki kepedulian yang sama seperti Indonesia dalam menyikapi tragedi kemanusiaan atas etnis Rohingya itu.
Parlemen Turki juga mengecam sikap Barat yang selalu diam saat menyaksikan umat Islam di berbagai belahan dunia mengalami penindasan. Karena itu, Indonesia mengajak Turki untuk terus bersama Indonesia berada di garis terdepan dalam mewujudkan perdamaian dunia, bukan hanya atas nama solidaritas Muslim, melainkan dengan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku untuk siapapun.
Khusus mengenai perdagangan Indonesia - Turki, Parlemen Turki menginginkan peningkatan nilai perdagangan mencapai 10 milliar dolar AS pada 2023. (*)