Denpasar (Antara Bali) - Bursa Efek Indonesia mencatat pegawai swasta mendominasi jumlah investor saham di Bali yang mendekati 3.500 orang hingga Juli 2017 atau naik sekitar 10 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Kepala Perwakilan BEI Denpasar, Bali, I Gusti Agus Andiyasa di Denpasar, Minggu, mengatakan peningkatan investor tersebut seiring dengan edukasi dan sosialisasi investasi saham kepada masyarakat.
Secara keseluruhan, Agus mencatat jumlah investor saham di seluruh Bali hingga Juli 2017 mencapai 9.837 orang, meningkat 15 persen jika dibandingkan tahun 2016 dengan jumlah rekening mencapai 11.524 rekening efek atau melonjak 13 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Sebagian besar investor tersebut, lanjut dia, berdomisili di Denpasar, Badung, Gianyar, Buleleng dan Tabanan.
Selain kalangan pegawai swasta, jumlah investor dari kalangan pelajar dan mahasiswa juga terbilang tinggi yakni mencapai 1.726 orang yang menduduki posisi kedua setelah pegawai swasta.
BEI Denpasar saat ini menggandeng tujuh perguruan tinggi di Bali untuk membuka gerai investasi yang menyasar kalangan mahasiswa.
Di gerai tersebut selain edukasi dan sosialisasi, mahasiswa juga dapat membuka langsung rekening efek.
Sosialisasi ke sekolah-sekolah juga digelar untuk menarik minat pelajar SMA menjadi investor saham karena hanya dengan setoran awal Rp100 ribu, para pemula tersebut sudah bisa bertransaksi.
Kalangan yang potensial untuk menjadi investor saham, lanjut dia, berasal dari kalangan pegawai negeri sipil, pengusaha bahkan ibu rumah tangga.
"Kami sangat apresiasi peningkatan ini karena selain jumlah investor dan rekening naik, jumlah transaksi juga naik," ucapnya.
Agus mengatakan realisasi transaksi saham selama tahun 2017 diproyeksikan dapat mencapai kisaran Rp7 triliun hingga Rp10 triliun karena didukung kondisi ekonomi yang kondusif.
Pihaknya mengaku optimis karena hingga Juli tahun ini jumlah transaksi saham sudah mencapai Rp5 triliun, atau sudah melampaui realisasi transaksi selama tahun 2016 mencapai sekitar Rp5 triliun. (*)