Denpasar (Antara Bali) - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) Setya Novanto mengapresiasi para tokoh masyarakat dan antarumat beragama yang menyelenggarakan dialog kebangsaan di Bali.
"Saya menyambut gembira dan mengapresiasi dialog kebangsaan tersebut dalam upaya memperkuat dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Setya Novanto (Setnov) dalam `Dialog Kebangsaan` di Denpasar, Rabu.
Pada kesempatan yang dihadiri sejumlah tokoh masyarakat dan antarumat beragama itu, Setya Novanto mengatakan sangat tepat diselenggarakan dialog tersebut, karena bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional.
"Saya apresiasi dan menyambut baik dialog kebangsaan ini. Momentumnya tepat ketika berbagai elemen dan masyarakat mengobarkan semangat perpecahan, maka momentumnya kini sangat tepat dengan munculnya ancaman kesatuan dan persatuan bangsa," ujarnya.
Ia mengatakan di tingkat akar rumput saat ini muncul kelompok-kelompok masyarakat yang secara terang-terangan ingin mengganti ideologi Pancasila.
"Di tingkat masyarakat saat ini ada yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi keagamaan. Salah satu organisasi yang disebutnya adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Atas dasar itu pula pemerintah mengambil inisiatif untuk membubarkan HTI," ucapnya
Menurut dia, Indonesia dibangun atas dasar konsensus kebangsaan dengan Pancasila sebagai ideologi negara. Pancasila pula yang mempersatukan seluruh rakyat Indonesia tanpa adanya perbedaan.
"Negara kita dibangun atas dasar konsensus bersama dengan Pancasila yang melindungi segala perbedaan atas suku dan lainnya, karena itu saya selaku Ketua DPR mengajak semua elemen untuk kembali kepada ideologi Pancasila, UUD 1945, kebhinnekaan tunggal ika segala sesuatu yang mengarah pada perpecahan," Katanya.
Pada saat sama, Setya Novanto memuji konsep "Tri Hita Karana" (keseimbangan dan keharmonisan dalam kehidupan) yang dianut oleh masyarakat Hindu di Bali.
Konsep hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam semesta dan hubungan manusia dengan manusia itu adalah kunci bagi masyarakat Bali menjaga keharmonisan. Konsep itu pula yang membuat warga Bali begitu menghormati dan menghargai toleransi antar-umat beragama.
"Tiga konsep dasar ini yang melandasi dan menjadikan dasar masyarakat Bali, sehingga masyarakat Bali menjaga keseimbangan dan kehidupan, menjaga kerukunan antarumat beragama," katanya.
Baginya, filosofi masyarakat Bali itu kekuatan luar biasa. Secara historis selalu melibatkan berbagai suku. Secara politis sikap politik masyarakat Bali komitmen terhadap NKRI. Bali tempat sangat strategis. Budayanya sangat kuat.
"Karena itu mari belajar dari konsep dan filosofinya orang Bali untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat pluralis ini," katanya.
Pada kesempatan tersebut, tokoh masyarakat yang hadir, antara lain Ketua Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP) Bali Jero Gede Suwena Putus Upadesa, Ketua PHDI Bali Prof Dr. Gusti Ngurah Sudiana dan tokoh lainnya. (WDY)