Jakarta (Antara Bali) - Kasus pedofilia kembali merebak seiring terkuaknya foto-foto dan video anak-anak yang menjadi korban di media sosial Facebook belum lama ini. Perlu Anda tahu kalau pedofilia sendiri merupakan gangguan mental dan pelakunya (pedofil) memiliki orientasi seksual pada anak.
Asosiasi Psikiatri Amerika (APA) menyebut, ketertarikan pada anak-anak membuat mereka (pedofil) cemas, merasa bersalah atau justru merasa puas bila dorongan seksual pada anak-anak bisa mereka salurkan.
Hal senada diungkapkan seksolog sekaligus profesor psikiatri dari Universitas Toronto, Ray Blanchard PhD, seperti dilansir WebMD. Dia mendefinisikan pedofil sebagai orang yang memiliki orientasi seksual pada anak-anak, umumnya berusia 13 tahun atau bahkan lebih muda dari itu.
Selain itu, mereka yang tergolong pedofil tak selalu tertarik pada anak-anak. Blanchard mengatakan beberapa pedofil bisa saja tertarik pada orang dewasa, sama halnya ketertarikan mereka pada anak-anak. Namun, belum diketahui lebih lanjut mengenai ini.
Dia juga menyebut bahwa pedofil lebih banyak merupakan pria ketimbang wanita. Hanya saja belum ada penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini.
Fakta lainnya adalah ada kecenderungan para pedofil kidal dan memiliki cacat.
Studi dari University of Windsor di Kanada seperti dilansir Medical Daily, menemukan bahwa dari 140 orang laki-laki yang merupakan pedofil, diketahui cenderung kidal dan memiliki kekurangan (cacat) di kepala, atau disebut anomali fisik minor (Minor Physical Anomalies/MPA).
Misalnya kelainan bentuk telinga, langit-langit mulut tinggi dan earlobe (bagian bawah daun telinga yang lunak) terpisah dari samping rahang.
Temuan ini menunjukkan bahwa aspek-aspek tertentu dari perkembangan saraf dapat mempengaruhi risiko seseorang menjadi pedofil.
Kelainan pada wajah bisa saja disebabkan paparan virus semasa di kandungan, komplikasi obstetri atau kekurangan nutrisi semasa dalam kandungan. (WDY)
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa