Denpasar (Antara Bali) - Pengamat masalah pertanian Dr Gede Sedana menilai, posisi tawar petani cabai selama ini lemah dalam menghadapi kekuatan spekulan.
"Kondisi demikian menyebabkan para spekulan ikut memainkan harga di pasaran," kata Gede Sedana yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, kondisi demikian diperparah lagi dengan terbatasnya tranportasi dalam pengangkutan hasil panen cabai dari lokasi yang sulit dijangkau sehingga dibutuhkan tambahan biaya.
Dari sisi konsumen, adanya ketergantungan yang masih tinggi terhadap konsumsi cabai menjadi bagian yang sangat penting dalam menu pangannya.
Oleh sebab itu perlu berbagai upaya dan terobosan dalam menjamin kestabilan harga cabai di pasaran.
Kebijakan dan terobosan itu sangat penting, mengingat hampir setiap tahun masyarakat di Indonesia dihebohkan dengan kenaikan harga cabai.
Gede Sedana menambahkan, pemerintah dengan melibatkan berbagai pihak dapat meningkatkan teknologi budidaya cabai.
Faktor cuaca dan hama penyakit dapat diatasi dengan aplikasi teknologi melalui penyediaan benih cabai yang tahan terhadap situasi cuaca dan terhindar dari hama dan penyakit.
Selain itu, penggunaan peneduh yang sederhana dan relatif murah dapat diintroduksikan kepada para petani sehingga faktor cuaca dapat diatasi sekaligus mencegah adanya serangan hama dan penyakit.
Aplikasi teknologi yang baik dan benar dilakukan melalui pelatihan-pelatihan dan penyuluhan serta bimbingan teknis dan pendampingan oleh petugas pemerintah kepada petani, ujar Gede Sedana. (WDY)