Mangupura (Antara Bali) - Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Badung, Bali, meminta kepada para petani di daerah itu tidak menaikkan harga barang cabai rawit yang saat ini di pasar tradisional rata-rata mencapai Rp105 ribu per kilogram.
"Kalau harga cabe ditingkat petani sudah mahal, maka harga dipasaran juga ikut mahal, namun sebaliknya jika harga ditingkat produsen murah sampai ditingkat konsumen juga akan murah," kata Kadis Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Badung I.G.K. Sudaratmaja di Mangupura, Jumat.
Ia mengatakan, meskipun pemerintah daerah sudah menggelar operasi pasar, namun harga cabai di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Badung belum juga turun.
Pada pekan kedua Januari 2017, harga jenis cabai rawit merah masih di level tinggi mencapai kisaran harga Rp105.000 per kilogram (kg).
"Cabai yang biasa dipergunakan unit usaha mikro kuliner ini masih berada di kisaran harga paling tinggi," ujar Sudaratmaja.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kenaikan harga cabe rawit itu, Pemerintah Kabupaten Badung melalui Dinas Pertanian akan memberikan subsidi dan bantuan bibit cabai kepada para petani.
Selain itu, ia juga mendorong masyarakat di Kabupaten Badung ikut serta dalam menggalakan program gerakan karangkitri dan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
"Program atau gerakan menanam cabe rawit dimasing-masing halaman dan belakang rumah tempat tinggalnya ini juga dapat menurunkan harga cabai itu," ujarnya lagi.
Ia mencatat, luas lahan cabe rawit di Kabupaten Badung mencapai 152 hetrare. Namun, petani hanya menanam cabai pada saat musim kemarau, karena untuk menanam cabai rawit dimusim penghujan memiliki resiko yang cukup tinggi
"Investasi menanam cabai rawit membutuhkan biaya lima kali lipat dibandingkan menanam padi. Misalnya, kalau menanam dan hingga perawatan tanaman padi per satu hektar membutuhkan biaya Rp10 juta, sedangkan cabai lima kali lipatnya per hektare," ujarnya.
Selain itu, dalam bercocok tanam cabai rawit perlu mendapatkan perhatian intensif dalam perawatannya, sehingga pada musim penghujan ini, petani tidak mau mengambik resiko untuk menanam cabai rawit karena takut merugi.
"Dengan adanya penyebab ini terjadi kelangkaan produksi cabai rawit dan saya meminta kepada para petani ikut berperan aktif membantu menurunkan harga cabai ini," ujarnya. (WDY)