Jakarta (Antara Bali) - Pemerintah akan menyiapkan aturan untuk menentukan harga dasar (floor price)
susu segar dalam negeri (SSDN) agar peternak sapi perah mendapatkan
tingkat harga komoditas yang layak sehingga kesejahteraan mereka dapat
ditingkatkan.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito dalam siaran pers di
Jakarta, Sabtu, mengungkapkan hal itu ketika melakukan kunjungan kerja
ke peternakan PT Greenfields Indonesia bersama dengan empat menteri
kabinet kerja lainnya di Pujon, Malang, Jawa Timur, Jumat (6/1).
Empat menteri Kabinet Kerja itu adalah Menko Perekonomian Darmin
Nasution, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan
Enggartiarto Lukito dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Basuki Hadimuljono.
Menteri Perdagangan Enggartiasto menyebut, pemerintah akan segera
berkoordinasi, khususnya dengan tiga kementerian terkait yakni menteri
perdagangan, menteri perindustrian dan menteri pertanian harus
bersama-sama menentukan floor price untuk harga susu sapi segar dari peternak.
"Tak hanya harga dasar, kami juga akan mengkaji wajib serap SSDN
oleh Industri pengolahan susu (IPS) karena hingga saat ini kebutuhan
susu nasional masih tergantung oleh impor susu bubuk sebesar 82 persen,"
katanya.
Wakil Ketua APSPI (Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia) Heru S.
Prabowo pada kesempatan itu menyebutkan bahwa rendahnya harga SSDN di
tingkat peternak menjadi penyebab utama keengganan peternak untuk
memelihara sapi perah.
"Harga saat ini berkisar antara Rp5.000 - Rp5.500 rupiah per liter," kata Heru.
Menurut Heru harga tersebut tidak mampu menutupi biaya operasional untuk pemeliharaan sapi terutama pakan sapi perah.
Ia mengusulkan harga dasar yang setidaknya dibutuhkan oleh
peternak sapi perah adalah Rp6.000 per liter karena dengan harga
tersebut peternak diperkirakan bisa mendapatkan penghasilan sekitar
Rp1,9 juta per bulan.
"Kalau harga Rp6.000 peternak senang, industri senang," ujar
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam kesempatan yang sama.
"Kalau harga tinggi paling margin dari IPS (industri pengolah susu)
berkurang sedikit karena hanya (wajib) menyerap 20 persen saja," kata
Airlangga.
Pendampingan Peternak
Isu lainnya yang juga diangkat dalam kunjungan tersebut mengenai
pendampingan kapasitas peternak untuk memelihara dan memproduksi SSDN.
"Satu ekor sapi di Greenfields saat ini bisa memproduksi sekitar 31
liter susu per hari," ujar Operation Manager Milk Sourcing Unit,
Irwansah.
"Jumlah produksi tersebut bisa dicapai karena sapi di Peternakan
Greenfields dibuat senyaman mungkin mulai dari kebersihan kandang,
suplai pakan yang terus menerus serta batas maksimal satu jam per hari
interaksi antara sapi dengan manusia hanya selama memerah," katanya.
Jumlah produksi tersebut terhitung cukup tinggi dibandingkan
produksi susu sapi oleh peternak yang hanya di kisaran 15-20 liter per
hari per sapi. Angka produksi tersebut merupakan rerata jumlah produksi
peternak sapi binaan Greenfields. Dengan jumlah total binaan
sebanyak 165 peternak dengan populasi 1.100 ekor yang terdiri 700 sapi
produksi dan sisanya pedet serta sapi yang tidak berproduksi mampu
menghasilkan 7.000 liter susu per hari.
"Kalau melihat peternakan Greenfields pola peternakan sapinya sudah
sangat ideal, masih butuh banyak waktu untuk bisa mengejar
mengembangkan peternakan seperti ini di tingkat peternak," kata Menko
Perekonomian Darmin Nasution.
Oleh karena itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
mengatakan faktor terpenting adalah edukasi dan pendampingan untuk
peternak dan calon peternak. Saat ini pemerintah juga sedang
menggalakkan pelatihan terutama untuk sekolah kejuruan.
Peternakan
Greenfields beroperasi sejak 1997 dan hingga saat ini memiliki populasi
sapi sebanyak 8.000 ekor dan merupakan peternakan sapi perah terbesar
di Indonesia.
Bibit sapinya Holstein dari Australia dan dikembangkan secara lokal
dengan kemampuan produksi susu sebesar 42 juta ton susu setiap
tahunnya. (WDY)
Pemerintah Siapkan Aturan Harga Susu Segar
Sabtu, 7 Januari 2017 15:18 WIB