Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengharapkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Pulau Dewata pada 2017 dapat mencapai sekitar lima juta jiwa.
"Pasti harus lebih meningkat dari sekarang," kata Pastika di sela-sela acara diskusi pariwisata dengan tokoh-tokoh dan praktisi pariwisata, di Denpasar, Selasa.
Meskipun demikian, untuk target pastinya, pihaknya masih sedang berhitung karena melihat situasi perekonomian yang masih kurang kondusif.
"Tetapi kelihatannya cenderung meningkat, karena sampai Oktober 2016 kunjungan wisman sudah empat juta lebih, belum lagi November dan Desember.Jadi, saya kira cukup bagus, mudah-mudahan tahun depan bisa lima juta," ujarnya.
Sedangkan sasaran wisatawan asing yang diharapkan ke Bali tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, seperti dari Australia, Tiongkok, Eropa dan sebagainya.
Di sisi lain, Pastika mengungkapkan bahwa ada dilema jika ingin menambah wisatawan datang ke Bali karena harus dibarengi dengan penambahan fasilitas.
"Sekarang terserah kita, ini pilihannya apa mau jumlah wisatawan yang datang cuma segitu, tetapi bisa menjadi pariwisata berkualitas. Walaupun sedikit, namun mahal misalnya," ucapnya.
Pihaknya juga tidak setuju kalau jumlah wisatawan meningkat, tetapi uang yang dibelanjakan di Bali sedikit.
"Mungkin tidak perlu naik jumlahnya, tetapi bermutu, duitnya banyak, belanjanya bagus. Kalau datang cuma bawa ransel, kacau juga, saya juga `nggak mau. Cari hotel murah Rp50 ribu atau Rp100 ribu sehari `kan kacau kita, untuk apa duit itu," kata Pastika.
Di sisi lain, tambah dia, harus dicari terobosan dari sisi infrastruktur, seperti dengan pembangunan "shotcut" untuk memeratakan kunjungan wisatawan ke kawasan Bali utara karena selama ini masih terfokus di kawasan Bali selatan (di Kabupaten Badung, Gianyar dan Kota Denpasar).
"Keluhan wisatawan `kan infrastruktur, jalan yang berliku-liku dan sempit, macet seperti ke Ubud dan Kintamani, apalagi ke Bedugul, sehingga harus ada terobosan berupa shorcut itu dan persimpangan jalan supaya tidak sebidang," ucapnya.
Selain itu, Pastika mengharapkan berbagai perusahaan yang ada di Bali dapat lebih menaaati ketentuan penyaluran dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
"Di sini, di Bali banyak sekali perusahaan-perusahaan yang pemiliknya orang Jakarta, Surabaya, Singapura, Belanda, dan sebagainya. Tetapi seberapa jauh tanggung jawab sosialnya kepada orang Bali?" ujarnya mempertanyakan.
Diakui perusahaan-perusahaan tersebut sudah berkontribusi menyerap tenaga kerja dan melakukan pembelanjaan, tetapi tanggung jawab sosial (CSR) berupa perbaikan lingkungan dan pengentasan kemiskinan harus ditingkatkan. (WDY)