Mangupura (Antara Bali) - Pemerintah pusat melanjutkan program unggulan upaya khusus padi, jagung dan kedelai (Upsus Pajali) yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2017, sebagai upaya meningkatkan ketahanan pangan di Tanah Air.
"Pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian akan tetap lanjutkan program tersebut dalam Tahun 2017," kata Staf Ahli Bidang Inovasi dan Teknologi dari Kementerian Pertanian (Kementan), Syukur Iwantoro di Mangupura, Kamis.
Selain itu, pemerintah juga mengupayakan penyediaan protein hewani tetap melanjutkan program upaya khusus sapi induk wajib bunting (Upsus Siwab) Tahun 2017 dengan anggaran mencapai Rp1,1 triliun.
"Kami juga akan membuat Upsus Gula untuk menjaga ketahanan salah satu kebutuhan pokok," katanya lagi.
Secara keseluruhan, lanjut Syukur, anggaran untuk program khusus produksi tanaman pangan kurang lebih mencapai Rp6,6 triliun. "Total anggarannya sekitar Rp6,6 triliun," ujarnya.
Dampak yang ditimbulkan dengan adanya program Upsus Pajali ini, kata dia, Indonesia sudah tidak lagi mengimpor beras dan mampu menghasilkan di negeri sendiri.
Kemudian, untuk impor jagung mengalami penurunan karena produksi jenis pangan ini terus mengalami peningkatan di sejumlah petani yang ada di daerah.
"Dalam mengintensifkan program Upsus Pajali, pemerintah bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan kebutuhan petani," ujarnya lagi.
Untuk Upsus Siwab, pihaknya mengharapkan hal yang serupa agar terjadi peningkatan populasi sapi, sehingga secara otomatis impor juga akan menurun. "Kami optimis mampu melakukan Program Upsus Siwab ini dapat berjalan optimal," ujar Syukur.
Untuk upaya merealisasi proyek ini, pemerintah melibatkan semua pihak baik itu swasta, artinya mendorong peternak inseminasi buatan (IB) maupun swasta untuk wajib memasukkan 20 persen total sapi bakalan yang diimpor.
Ia menambahkan, untuk daerah-daerah di Indonesia yang dijadikan sentra produksi dalam proyek ini masih berkutat di Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Bali, NTB dan NTT.
"Khusus untuk ketahanan pangan Pulau Jawa dijadikan sentra ketahanan pangan padi, untuk produksi jagung kawasan NTT maupun NTB dan ketahanan pangan sapi Sulawesi Selatan dan Bali," ujar Syukur. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian akan tetap lanjutkan program tersebut dalam Tahun 2017," kata Staf Ahli Bidang Inovasi dan Teknologi dari Kementerian Pertanian (Kementan), Syukur Iwantoro di Mangupura, Kamis.
Selain itu, pemerintah juga mengupayakan penyediaan protein hewani tetap melanjutkan program upaya khusus sapi induk wajib bunting (Upsus Siwab) Tahun 2017 dengan anggaran mencapai Rp1,1 triliun.
"Kami juga akan membuat Upsus Gula untuk menjaga ketahanan salah satu kebutuhan pokok," katanya lagi.
Secara keseluruhan, lanjut Syukur, anggaran untuk program khusus produksi tanaman pangan kurang lebih mencapai Rp6,6 triliun. "Total anggarannya sekitar Rp6,6 triliun," ujarnya.
Dampak yang ditimbulkan dengan adanya program Upsus Pajali ini, kata dia, Indonesia sudah tidak lagi mengimpor beras dan mampu menghasilkan di negeri sendiri.
Kemudian, untuk impor jagung mengalami penurunan karena produksi jenis pangan ini terus mengalami peningkatan di sejumlah petani yang ada di daerah.
"Dalam mengintensifkan program Upsus Pajali, pemerintah bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan kebutuhan petani," ujarnya lagi.
Untuk Upsus Siwab, pihaknya mengharapkan hal yang serupa agar terjadi peningkatan populasi sapi, sehingga secara otomatis impor juga akan menurun. "Kami optimis mampu melakukan Program Upsus Siwab ini dapat berjalan optimal," ujar Syukur.
Untuk upaya merealisasi proyek ini, pemerintah melibatkan semua pihak baik itu swasta, artinya mendorong peternak inseminasi buatan (IB) maupun swasta untuk wajib memasukkan 20 persen total sapi bakalan yang diimpor.
Ia menambahkan, untuk daerah-daerah di Indonesia yang dijadikan sentra produksi dalam proyek ini masih berkutat di Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Bali, NTB dan NTT.
"Khusus untuk ketahanan pangan Pulau Jawa dijadikan sentra ketahanan pangan padi, untuk produksi jagung kawasan NTT maupun NTB dan ketahanan pangan sapi Sulawesi Selatan dan Bali," ujar Syukur. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016