Denpasar (Antara Bali) - Kebutuhan eksportir Bali dalam melakukan promosi menembus pasaran internasional belum dapat terpenuhi secara maksimal merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan ekspor non migas daerah itu.
"Upaya tersebut diharapkan secara bertahap dapat di atasi sehingga produk unggulan Bali mampu menembus pasaran luar negeri," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Made Suastika di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, Bali memiliki banyak produk unggulan yang mampu bersaing di pasaran ekspor antara lain kerajinan perak, logam, bambu, kayu, ikan dalam kaleng, kerajinan keramik, furniture, kopi, ikan tuna, tekstil dan produk tekstil (TPT).
Demikian pula keterbatasan kemampuan dunia usaha dalam menganalisis pasar untuk mengoptimalkan produksi secara bertahap ditingkatkan serta mengatasi ketergantungan eksportir terhadap pembeli luar negeri yang datang ke Bali, sebagai akibat terbatasnya informasi pasar di mancanegara.
Made Suastika menambahkan, berbagai upaya dan terobosan akan dilakukan antara lain pelatihan meningkatkan kemampuan perajin, pendampingan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) dan meningkatkan keterampilan pengembangan desain tenun.
Selain itu, melakukan latihan peningkatan mutu, diversifikasi produk SPA, diversifikasi produk kerajinan kayu, penganekaragaman kerajinan bambu, tenun, pencelupan benang sutra, tenun endek, tenun songket dan pelatihan pengalusan gerabah hias.
Made Suastika menjelaskan, nilai ekspor kerajinan Bali sebesar 406,31 juta dolar AS selama sembilan bulan periode Januari-September 2016, meningkat 13,75 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 357,19 juta dolar AS.
Perolehan devisa tersebut ditopang oleh sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga menjadi tulang punggung ekspor non migas Bali karena mampu memberikan andil sebesar 60,33 persen dari total ekspor Bali tersebut.
Namun devisa yang dihasilkan dari industri maupun hasil kerajinan rumah tangga mengalami kemerosotan. Namun sumbangan dari hasil perikanan dan kelautan mengalami peningkatan hingga 79,88 persen.
Sektor perikanan itu mampu menyumbangkan devisa sebesar 157,85 juta dolar AS selama sembilan bulan, periode Januari-September 2016, meningkat signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 87,75 juta dolar AS, ujar Made Suastika. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Upaya tersebut diharapkan secara bertahap dapat di atasi sehingga produk unggulan Bali mampu menembus pasaran luar negeri," kata Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Made Suastika di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, Bali memiliki banyak produk unggulan yang mampu bersaing di pasaran ekspor antara lain kerajinan perak, logam, bambu, kayu, ikan dalam kaleng, kerajinan keramik, furniture, kopi, ikan tuna, tekstil dan produk tekstil (TPT).
Demikian pula keterbatasan kemampuan dunia usaha dalam menganalisis pasar untuk mengoptimalkan produksi secara bertahap ditingkatkan serta mengatasi ketergantungan eksportir terhadap pembeli luar negeri yang datang ke Bali, sebagai akibat terbatasnya informasi pasar di mancanegara.
Made Suastika menambahkan, berbagai upaya dan terobosan akan dilakukan antara lain pelatihan meningkatkan kemampuan perajin, pendampingan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) dan meningkatkan keterampilan pengembangan desain tenun.
Selain itu, melakukan latihan peningkatan mutu, diversifikasi produk SPA, diversifikasi produk kerajinan kayu, penganekaragaman kerajinan bambu, tenun, pencelupan benang sutra, tenun endek, tenun songket dan pelatihan pengalusan gerabah hias.
Made Suastika menjelaskan, nilai ekspor kerajinan Bali sebesar 406,31 juta dolar AS selama sembilan bulan periode Januari-September 2016, meningkat 13,75 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 357,19 juta dolar AS.
Perolehan devisa tersebut ditopang oleh sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga menjadi tulang punggung ekspor non migas Bali karena mampu memberikan andil sebesar 60,33 persen dari total ekspor Bali tersebut.
Namun devisa yang dihasilkan dari industri maupun hasil kerajinan rumah tangga mengalami kemerosotan. Namun sumbangan dari hasil perikanan dan kelautan mengalami peningkatan hingga 79,88 persen.
Sektor perikanan itu mampu menyumbangkan devisa sebesar 157,85 juta dolar AS selama sembilan bulan, periode Januari-September 2016, meningkat signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 87,75 juta dolar AS, ujar Made Suastika. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016