Denpasar (Antara Bali) - Produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) di Bali pada triwulan III-2016 mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,60 persen secara triwulanan (q-to-q) jika dibandingkan triwulan sebelumnya.
"Capaian pertumbuhan IMK Bali tersebut berada di atas pertumbuhan nasional sebesar minus 2,06 persen pada periode yang sama," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Adi Nugroho, MM di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, jika dilihat periode tahunan (y-on-y), IMK Bali pada triwulan III tahun 2016 tumbuh positif sebesar 14,19 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun 2015.
"Angka pertumbuhan IMK di Bali pada triwulan III-2016 jauh lebih tinggi dari angka nasional yang mencapai 5,75 persen," ujar Adi Nugroho.
Industri manufaktur besar dan sedang (IBS) di Bali pada triwulan III-2016 (q-to-q) tumbuh negatif sebesar minus 1,96 persen atau berada di bawah pertumbuhan secara nasional yang tumbuh positif sebesar minus 0,89 persen pada periode yang sama.
Adi Nugroho menambahkan, jika dilihat secara tahunan (y-on-y) produksi yang dihasilkan usaha (perusahaan) IBS Bali pada triwulan III-2016 tercatat minus 3,53 persen, dan masih berada di bawah level nasional yang tumbuh positif sebesar 5,07 persen.
Peran IMK dalam memacu dan mempercepat pembangunan daerah di era otonomi sekarang ini semakin nyata dan strategis. Oleh sebab itu komponen masyarakat dan pelaku usaha IMK di Bali khususnya, akan dihadapkan pada sejumlah tantangan.
Adi Nugroho mengingatkan, dalam memajukan IMK di daerah, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan yang sama yang berlaku umum di tingkat pusat.
Oleh sebab itu kebijakan dan strategi yang dikembangkan harus mengakomodir dan sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah bersangkutan.
Untuk itu permasalahan daerah memerlukan solusi kedaerahan. Wewenang yang selama ini dipegang pemerintah pusat harus diberikan kepada pemerintah daerah. Dalam kaitan ini strategi pembangunan daerah harus dilakukan bersinergi dengan berbagai unsur terkait dan masyarakat di daerah tersebut, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Capaian pertumbuhan IMK Bali tersebut berada di atas pertumbuhan nasional sebesar minus 2,06 persen pada periode yang sama," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Adi Nugroho, MM di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, jika dilihat periode tahunan (y-on-y), IMK Bali pada triwulan III tahun 2016 tumbuh positif sebesar 14,19 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun 2015.
"Angka pertumbuhan IMK di Bali pada triwulan III-2016 jauh lebih tinggi dari angka nasional yang mencapai 5,75 persen," ujar Adi Nugroho.
Industri manufaktur besar dan sedang (IBS) di Bali pada triwulan III-2016 (q-to-q) tumbuh negatif sebesar minus 1,96 persen atau berada di bawah pertumbuhan secara nasional yang tumbuh positif sebesar minus 0,89 persen pada periode yang sama.
Adi Nugroho menambahkan, jika dilihat secara tahunan (y-on-y) produksi yang dihasilkan usaha (perusahaan) IBS Bali pada triwulan III-2016 tercatat minus 3,53 persen, dan masih berada di bawah level nasional yang tumbuh positif sebesar 5,07 persen.
Peran IMK dalam memacu dan mempercepat pembangunan daerah di era otonomi sekarang ini semakin nyata dan strategis. Oleh sebab itu komponen masyarakat dan pelaku usaha IMK di Bali khususnya, akan dihadapkan pada sejumlah tantangan.
Adi Nugroho mengingatkan, dalam memajukan IMK di daerah, pemecahan masalah tidak dapat dilakukan dengan kebijakan yang sama yang berlaku umum di tingkat pusat.
Oleh sebab itu kebijakan dan strategi yang dikembangkan harus mengakomodir dan sesuai dengan spesifikasi atau kondisi yang dibutuhkan oleh daerah bersangkutan.
Untuk itu permasalahan daerah memerlukan solusi kedaerahan. Wewenang yang selama ini dipegang pemerintah pusat harus diberikan kepada pemerintah daerah. Dalam kaitan ini strategi pembangunan daerah harus dilakukan bersinergi dengan berbagai unsur terkait dan masyarakat di daerah tersebut, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016