Nusa Dua (Antara Bali) - Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Niken Widiastuti mengatakan forum Asia Pasific Broadcasting Union (ABU) ke-53 yang digelar di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali berperan strategis bagi pengembangan media penyiaran sekaligus diplomasi Indonesia.
"Kita dapat mengikuti perkembangan teknologi, manajemen 'broadcasting' dan perkembangan mengenai konten. Dengan adanya ABU ini bisa terus meningkatkan posisi Indonesia di mata internasional sebagai 'second track diplomacy'," katanya ditemui usai menjadi pembicara dalam sesi diskusi profesional media bertajuk "Media for the Future" di Nusa Dua, Selasa.
Menurut Niken, media penyiaran dapat saling berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait konten siaran menghadapi revolusi teknologi khususnya dari negara-negara yang selama ini sudah selangkah lebih maju.
"Kita akan belajar dan tertantang mengikuti perkembangan teknologi yang ada, jangan sampai stagnan sementara itu masyarakat semakin berkembang," ujar mantan Dikretur Utama RRI itu.
Untuk itu ia mengharapkan agar perkembangan teknologi dan masyarakat saat ini juga secara simultan diikuti oleh media termasuk media penyiaran.
Media penyiaran dapat meningkatkan manajemen penyiaran semacam ISO khususnya bagi radio dan televisi di tengah metamorfosis media penyiaran yang saat ini sudah bisa menyiarkan kontennya melalui internet atau "over the top" (OTT) sebagai terobosan dari perkembangan teknologi dalam jaringan.
"Kita harus juga berubah kemudian mengikuti perkembangan teknologi. Jadi radio dan televisi yang dianggap sekarang ini media 'mainstream' dengan adanya media baru, maka kita harus masuk ke sana juga, tidak harus menutup diri," katanya.
ABU merupakan asosiasi profesional non-profit yang didirikan pada tahun 1994 yang bertujuan mengembangkan dunia penyiaran, mempromosikan kepentingan kolektif televisi dan radio penyiaran serta mendorong kerja sama regional dan internasional antara anggota.
Saat ini jumlah anggota ABU mencapai 278 anggota dari 69 negara di dunia dengan jumlah penonton ditaksir mencapai 3,5 miliar. (DWA/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kita dapat mengikuti perkembangan teknologi, manajemen 'broadcasting' dan perkembangan mengenai konten. Dengan adanya ABU ini bisa terus meningkatkan posisi Indonesia di mata internasional sebagai 'second track diplomacy'," katanya ditemui usai menjadi pembicara dalam sesi diskusi profesional media bertajuk "Media for the Future" di Nusa Dua, Selasa.
Menurut Niken, media penyiaran dapat saling berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait konten siaran menghadapi revolusi teknologi khususnya dari negara-negara yang selama ini sudah selangkah lebih maju.
"Kita akan belajar dan tertantang mengikuti perkembangan teknologi yang ada, jangan sampai stagnan sementara itu masyarakat semakin berkembang," ujar mantan Dikretur Utama RRI itu.
Untuk itu ia mengharapkan agar perkembangan teknologi dan masyarakat saat ini juga secara simultan diikuti oleh media termasuk media penyiaran.
Media penyiaran dapat meningkatkan manajemen penyiaran semacam ISO khususnya bagi radio dan televisi di tengah metamorfosis media penyiaran yang saat ini sudah bisa menyiarkan kontennya melalui internet atau "over the top" (OTT) sebagai terobosan dari perkembangan teknologi dalam jaringan.
"Kita harus juga berubah kemudian mengikuti perkembangan teknologi. Jadi radio dan televisi yang dianggap sekarang ini media 'mainstream' dengan adanya media baru, maka kita harus masuk ke sana juga, tidak harus menutup diri," katanya.
ABU merupakan asosiasi profesional non-profit yang didirikan pada tahun 1994 yang bertujuan mengembangkan dunia penyiaran, mempromosikan kepentingan kolektif televisi dan radio penyiaran serta mendorong kerja sama regional dan internasional antara anggota.
Saat ini jumlah anggota ABU mencapai 278 anggota dari 69 negara di dunia dengan jumlah penonton ditaksir mencapai 3,5 miliar. (DWA/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016