Denpasar (Antara Bali) - Dua seniman andal dengan karyanya yang unik dan menarik akan tampil di Bentara Budaya Bali (BBB) di Ketewel, Kabupaten Gianyar dalam melanjutkan program Komponis Kini yang terinspirasi dari karya dan semangat maestro gamelan Bali, I Wayan Lotring.
"Kedua komposer muda itu masing-masing I Wayan Sudiarsa, SSn, MSn (Gianyar) dan Yan Priya Kumara Janardhana, SSn (Tabanan) yang akan mempresentasikan komposisi terkini mereka bersama sekaa masing-masing pada Senin (24/10)," kata Penata acara tersebut Putu Aryastawa di Denpasar, Minggu.
Kedua karya seniman muda yang andal itu merupakan sebuah fenomena, seorang seniman pelopor yang memberi sentuhan personal pada keberadaan seni gamelan Bali terhadap maestro I Wayan Lotring, kelahiran 1887 yang dikenal sebagai sosok yang pertama kali mendeklarasikan diri sebagai "komposer", sesuatu yang terbilang asing bagi seniman gamelan di Bali masa itu.
Dalam komposisi "Hrdaya" karya I Wayan Sudiarsana, semangat Lotring menjadi ilham dalam penciptaan. Menurut Sudiarsana, hrdaya selalu hadir dalam setiap karya Lotring yang terungkap dalam setiap untaian nada, melodi, serta ritmenya.
Hrdaya merupakan bagian yang terdalam dan menjadi inti dalam hati, yang berkaitan dengan ketulusan, kejujuran, serta keluguan. Hrdaya berkaitan pula dengan nafas dan jiwa.
"Hrdaya selalu menginspirasi untuk semangat kekaryaan berikutnya. Hal ini terblesit dan menjadi ilham dalam komposisi ini," jelas Sudiarsana. Komposisi "Hrdaya" ini dibawakan oleh sekaa Gamelan Suling Gita Semara dengan menggunakan media ungkap suling Bali.
Sementara itu Priya Kumara Janardhana mempresentasikan karya terkininya, "Perspektif" yang dibawakan oleh Padepokan Seni Korawa. Komposisi ini merupakan awal eskperimennya dalam menciptakan musik polyritme.
"Komposisi tersebut terinspirasi dari gending gambang Kuta karya I Wayan Lotring," ungkap Janardhana menambahkan.
Selain mempresentasikan karya musik terkini, dua komposer juga akan berbagi pandangan dan berdialog sebagai sebentuk pertanggungjawaban penciptaan.
Komponis Kini adalah sebuah upaya re-formasi, memberi format dan pemaknaan baru (re-interpretasi) terhadap gending-gending yang tergolong klasik atau yang sudah ada. Dihadirkan sebagai sebuah "A Tribute to Lotring" dalam upaya memberi penghormatan mendalam kepada maestro gamelan yang karya-karyanya terbilang immortal. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kedua komposer muda itu masing-masing I Wayan Sudiarsa, SSn, MSn (Gianyar) dan Yan Priya Kumara Janardhana, SSn (Tabanan) yang akan mempresentasikan komposisi terkini mereka bersama sekaa masing-masing pada Senin (24/10)," kata Penata acara tersebut Putu Aryastawa di Denpasar, Minggu.
Kedua karya seniman muda yang andal itu merupakan sebuah fenomena, seorang seniman pelopor yang memberi sentuhan personal pada keberadaan seni gamelan Bali terhadap maestro I Wayan Lotring, kelahiran 1887 yang dikenal sebagai sosok yang pertama kali mendeklarasikan diri sebagai "komposer", sesuatu yang terbilang asing bagi seniman gamelan di Bali masa itu.
Dalam komposisi "Hrdaya" karya I Wayan Sudiarsana, semangat Lotring menjadi ilham dalam penciptaan. Menurut Sudiarsana, hrdaya selalu hadir dalam setiap karya Lotring yang terungkap dalam setiap untaian nada, melodi, serta ritmenya.
Hrdaya merupakan bagian yang terdalam dan menjadi inti dalam hati, yang berkaitan dengan ketulusan, kejujuran, serta keluguan. Hrdaya berkaitan pula dengan nafas dan jiwa.
"Hrdaya selalu menginspirasi untuk semangat kekaryaan berikutnya. Hal ini terblesit dan menjadi ilham dalam komposisi ini," jelas Sudiarsana. Komposisi "Hrdaya" ini dibawakan oleh sekaa Gamelan Suling Gita Semara dengan menggunakan media ungkap suling Bali.
Sementara itu Priya Kumara Janardhana mempresentasikan karya terkininya, "Perspektif" yang dibawakan oleh Padepokan Seni Korawa. Komposisi ini merupakan awal eskperimennya dalam menciptakan musik polyritme.
"Komposisi tersebut terinspirasi dari gending gambang Kuta karya I Wayan Lotring," ungkap Janardhana menambahkan.
Selain mempresentasikan karya musik terkini, dua komposer juga akan berbagi pandangan dan berdialog sebagai sebentuk pertanggungjawaban penciptaan.
Komponis Kini adalah sebuah upaya re-formasi, memberi format dan pemaknaan baru (re-interpretasi) terhadap gending-gending yang tergolong klasik atau yang sudah ada. Dihadirkan sebagai sebuah "A Tribute to Lotring" dalam upaya memberi penghormatan mendalam kepada maestro gamelan yang karya-karyanya terbilang immortal. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016