Negara (Antara Bali) - Ni Luh Mandri (14), remaja putri di Desa Ekasari, Kabupaten Jembrana, yang hanya memiliki satu tangan, berusaha membantu orang tuanya dengan mencari kayu bakar.
Saat dikunjungi Wakapolres Jembrana Anak Agung Rai Laba, Jumat, ia mengatakan, setiap dua hari sekali, dirinya mengayuh rakit menyeberangi Bendungan Palasari di desanya, untuk mencari kayu bakar.
"Saya sudah biasa menyeberangi bendungan dengan rakit. Untuk dayungnya saya gunakan pelepah kelapa," kata Mandri, yang saat ini sekolah di SMP Negeri 3 Melaya.
Ia mengatakan, tangan kanannya harus diamputasi karena patah dan membusuk, setelah jatuh dari pohon pada tahun 2002 saat dirinya masih kelas II SD.
Anak pasangan Kadek Raun (36) dan Luh Sumerti (32) ini mengatakan, walau hanya memiliki satu tangan, dirinya tetap ingin menuntut ilmu di bangku sekolah, meskipun harus mengayuh sepeda gayung dengan medan yang cukup berat sejauh 5 kilometer.
"Waktu dia jatuh dan patah tangannya, karena tidak memiliki biaya kami hanya mengobatinya dengan cara tradisional. Tangannya yang patah itu lalu membusuk, sehingga terpaksa diamputasi," kata Raun.
Selain mengayuh rakit, keistimewaan remaja putri ini, ia juga mahir berenang meskipun hanya menggunakan satu tangan.
Aparat desa dan dusun yang menyertai kunjungan Rai Laba mengatakan, keluarga ini masuk dalam buku keluarga miskin dan menerima jatah beras setiap bulan, namun tidak bisa diusulkan menerima bedah rumah, karena tanah yang ditempatinya milik Proyek Irigasi Bali (PIB).
Selain beras, Mandri yang merupakan anak pertama dari empat saudara, juga menerima beasiswa serta memiliki Kartu Indonesia Sehat.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Saat dikunjungi Wakapolres Jembrana Anak Agung Rai Laba, Jumat, ia mengatakan, setiap dua hari sekali, dirinya mengayuh rakit menyeberangi Bendungan Palasari di desanya, untuk mencari kayu bakar.
"Saya sudah biasa menyeberangi bendungan dengan rakit. Untuk dayungnya saya gunakan pelepah kelapa," kata Mandri, yang saat ini sekolah di SMP Negeri 3 Melaya.
Ia mengatakan, tangan kanannya harus diamputasi karena patah dan membusuk, setelah jatuh dari pohon pada tahun 2002 saat dirinya masih kelas II SD.
Anak pasangan Kadek Raun (36) dan Luh Sumerti (32) ini mengatakan, walau hanya memiliki satu tangan, dirinya tetap ingin menuntut ilmu di bangku sekolah, meskipun harus mengayuh sepeda gayung dengan medan yang cukup berat sejauh 5 kilometer.
"Waktu dia jatuh dan patah tangannya, karena tidak memiliki biaya kami hanya mengobatinya dengan cara tradisional. Tangannya yang patah itu lalu membusuk, sehingga terpaksa diamputasi," kata Raun.
Selain mengayuh rakit, keistimewaan remaja putri ini, ia juga mahir berenang meskipun hanya menggunakan satu tangan.
Aparat desa dan dusun yang menyertai kunjungan Rai Laba mengatakan, keluarga ini masuk dalam buku keluarga miskin dan menerima jatah beras setiap bulan, namun tidak bisa diusulkan menerima bedah rumah, karena tanah yang ditempatinya milik Proyek Irigasi Bali (PIB).
Selain beras, Mandri yang merupakan anak pertama dari empat saudara, juga menerima beasiswa serta memiliki Kartu Indonesia Sehat.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016