Singaraja (Antara Bali) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mengajak masyarakat di daerah setempat untuk menukarkan uang logam ke bank sentral atau perbankan mengingat pemasukan uang logam kembali ke BI sangat sedikit.

"Uang koin itu selalu keluar dari Bank Indonesia tetapi tidak pernah masuk. Selaku bank sentral, kami mengimbau masyarakat bahwa (uang) koin itu alat pembayaran yang sah jadi kalau sudah dikeluarkan, bisa dikembalikan ke BI lagi," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali, Causa Iman Karana saat pelaksanaan penukaran uang koin di Taman Kota Singaraja, Minggu.

Menurut dia, aliran uang keluar atau "outflow" dari BI Provinsi Bali pada tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap uang logam sangat tinggi.

Bahkan pada tahun 2015 mencapai Rp41,8 miliar atau naik 30 persen dari tahun 2014 yang hanya sebesar Rp32,1 miliar.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tahun 2015, diketahui bahwa hanya 38 persen responden menggunakan uang logam untuk bertransaksi, disimpan atau ditabung di bank, sedangkan 62 persen responden lain memperlakukan uang logam dengan menyimpan, mengumpulkan uang logam di celengan atau laci, sebagian lagi menggunakan uang logam untuk parkir dan tip.

Namun pada kenyataannya, Causa mengungkapkan aliran masuk uang logam ke BI terbilang sepi dan sangat sedikit.

"Hal itu yang mengakibatkan sirkulasi peredaran uang logam menjadi lambat," imbuhnya.

Selain itu, pihaknya menilai kepedulian masyarakat terhadap kondisi fisik uang kertas yang beredar dirasakan masih kurang.

Meskipun fisik uang sudah lusuh, masyarakat masih tetap menggunakannya untuk transaksi dan merasa enggan untuk menukarkan ke bank terdekat.

"Di sinilah peran Bank Indonesia sangat strategis dalam upaya edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana memperlakukan uang rupiah baik uang kertas maupun uang logam," ucapnya Causa.

Sementara itu penukaran uang koin dan uang kertas lusuh yang digelar BI dengan menggandeng kalangan perbankan di Singaraja disambut antusias masyarakat setempat yang saat itu tengah menikmati hari bebas kendaraan di kawasan Taman Kota Singaraja.

Antusiasme itu tersebut nampak dari kesiapan masyarakat yang sudah menata uang logam dengan rapi sesuai dengan nominal yang terlebih dahulu mengantre sebelum ditukarkan.

Seorang penukar uang logam, Made Metra mengaku bahwa selama ini ia menyimpan uang logam di laci dan di dalam kardus selama hampir dua tahun dengan total mencapai seitar Rp3,5 juta.

"Saya lihat pengumuman di brosur ada penukaran uang logam makanya saya manfaatkan ini untuk menukar uang logam," ucap pria yang mengumpulkan uang receh dari hasil parkir musiman menggunakan lahan rumahnya di Desa Padangbulia itu.

Uang logam yang terkumpul dalam penukaran uang logam dan uang kertas lusuh itu mencapai sekitar Rp25 juta atau 120 ribu keping. Sedangkan uang kertas lusuh mencapai Rp250 juta.

Sebagian besar uang logam yang masuk merupakan pecahan Rp100, 200 dan 500.

Penukaran uang logam di Singaraja itu merupakan yang kedua setelah sebelumnya digelar pada April 2016 di Bajra Sandhi Denpasar.

Rencananya penukaran uang logam dan uang kertas lusuh itu digelar berkelanjutan di sejumlah daerah lainnya di Bali. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016