Denpasar (Antara Bali) - Pengamat masalah pertanian Dr Gede Sedana berharap pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Bali segera menetapkan lahan sawah abadi sebagai upaya melindungi lahan pertanian dan ketersediaan pangan secara berkelanjutan.
"Penetapan sawah abadi dinilai sangat penting dalam meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat," kata Dr Gede Sedana yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendera Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, adanya sawah-sawah abadi akan mampu menjaga dan melestarikan kelangsungan sawah sekaligus mewujudkan revitalisasi pertanian. Demikian pula menjamin kelanjutan eksistensi organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) di tengah meningkatnya permintaan akan lahan untuk kebutuhan pembangunan fisik.
Untuk penetapan lahan sawah abadi dinilai sangat penting dan mendesak yang dapat dilakukan secara sinergi sebagai satu kesatuan sehingga subak sebagai organisasi pengelola pertanian di lahan sawah akan dapat bertahan dan berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan ekonomi.
Selain itu para petaninya memiliki insentif ekonomis untuk tetap bekerja di sektor pertanian secara keberlanjutan sekaligus menyediakan pangan yang menjadi kebutuhan masyarakat, ujar Gede Sedana.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia yang mengharapkan Pemerintah Kota Denpasar dapat memelopori menetapkan kawasan Subak Sembung di Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara sebagai subak abadi.
Penetapan kawasan subak seluas 105 hektare itu tentu dengan berbagai subsidi dan proteksi yang harus diberikan kepada petani subak bersangkutan. Kemudahan tersebut antara lain petani pemilik sawah bebas dari pajak bumi dan bangunan (PBB), bantuan bibit, dibuatkan jaringan dengan sektor pariwisata menyangkut produksi maupun kawasannya sebagai ekowisata.
"Babagaimana upaya menjadikan petani di kawasan subak abadi itu senang dan bahagia, serta memiliki harga diri sebagi petani. Kalau tidak, apakah kita sampai hati, bahwa kita banyak sekali menerima dari petani, dan kita tidak memberikan apa-apa kepada mereka," ujar Prof Windia yang juga guru besar Fakultas Pertanian Unud.
Ia mengusulkan agar ada karcis masuk yang sepadan pada setiap orang yang mengunjungi dan menikmati kawasan subak abadi tersebut.
Lebih-lebih di Subak Sembung sudah ada pengurus yang khusus menangani kawasan subak itu sebagai kawasan ekowisata, sehingga tinggal memberikan pendampingan dan membuatkan jaringan dengan komponen pariwisata.
"Dengan demikian, cita-cita Bung Hatta, mantan Wakil Presiden RI untuk memberikan aktivitas ekonomi untuk lembaga-lembaga sosio-kultural di Indonesia, sudah kita implementasikan di Bali," ujarnya.
Di kawasan Subak Sembung juga ada sosok Pak Dian yang mengelola produksi sayur milik petani, yang dijual kembali ke pusat perbelanjaan di kota Denpasar. Dengan demikian berbagai landasan pengembangan Subak Sembung sudah berjalan baik. Mulai dari pengelolaan organisasi, pengelolaan ekowisata dan memberikan pasar bagi petani di kawasan itu.
"Tinggal sekarang aparat Pemkot Denpasar secara tekun dan tulus ikhlas memberikan pendampingan," ujar Prof Windia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Penetapan sawah abadi dinilai sangat penting dalam meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat," kata Dr Gede Sedana yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendera Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, adanya sawah-sawah abadi akan mampu menjaga dan melestarikan kelangsungan sawah sekaligus mewujudkan revitalisasi pertanian. Demikian pula menjamin kelanjutan eksistensi organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) di tengah meningkatnya permintaan akan lahan untuk kebutuhan pembangunan fisik.
Untuk penetapan lahan sawah abadi dinilai sangat penting dan mendesak yang dapat dilakukan secara sinergi sebagai satu kesatuan sehingga subak sebagai organisasi pengelola pertanian di lahan sawah akan dapat bertahan dan berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan ekonomi.
Selain itu para petaninya memiliki insentif ekonomis untuk tetap bekerja di sektor pertanian secara keberlanjutan sekaligus menyediakan pangan yang menjadi kebutuhan masyarakat, ujar Gede Sedana.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia yang mengharapkan Pemerintah Kota Denpasar dapat memelopori menetapkan kawasan Subak Sembung di Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara sebagai subak abadi.
Penetapan kawasan subak seluas 105 hektare itu tentu dengan berbagai subsidi dan proteksi yang harus diberikan kepada petani subak bersangkutan. Kemudahan tersebut antara lain petani pemilik sawah bebas dari pajak bumi dan bangunan (PBB), bantuan bibit, dibuatkan jaringan dengan sektor pariwisata menyangkut produksi maupun kawasannya sebagai ekowisata.
"Babagaimana upaya menjadikan petani di kawasan subak abadi itu senang dan bahagia, serta memiliki harga diri sebagi petani. Kalau tidak, apakah kita sampai hati, bahwa kita banyak sekali menerima dari petani, dan kita tidak memberikan apa-apa kepada mereka," ujar Prof Windia yang juga guru besar Fakultas Pertanian Unud.
Ia mengusulkan agar ada karcis masuk yang sepadan pada setiap orang yang mengunjungi dan menikmati kawasan subak abadi tersebut.
Lebih-lebih di Subak Sembung sudah ada pengurus yang khusus menangani kawasan subak itu sebagai kawasan ekowisata, sehingga tinggal memberikan pendampingan dan membuatkan jaringan dengan komponen pariwisata.
"Dengan demikian, cita-cita Bung Hatta, mantan Wakil Presiden RI untuk memberikan aktivitas ekonomi untuk lembaga-lembaga sosio-kultural di Indonesia, sudah kita implementasikan di Bali," ujarnya.
Di kawasan Subak Sembung juga ada sosok Pak Dian yang mengelola produksi sayur milik petani, yang dijual kembali ke pusat perbelanjaan di kota Denpasar. Dengan demikian berbagai landasan pengembangan Subak Sembung sudah berjalan baik. Mulai dari pengelolaan organisasi, pengelolaan ekowisata dan memberikan pasar bagi petani di kawasan itu.
"Tinggal sekarang aparat Pemkot Denpasar secara tekun dan tulus ikhlas memberikan pendampingan," ujar Prof Windia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016