Denpasar (Antara Bali) - Sebuah perusahaan swasta di Bali mengembangkan Minyak Oles Bokashi (MOB) yang pemasarannya kini merambah sejumlah daerah di Indonesia dan pasaran ekspor menerapkan konsep bisnis yang sederhana yakni terlebih dulu menciptakan pasar.
"Upaya menciptakan pasar itu dengan informasi, kemudian menghasilkan produk untuk memenuhi permintaan pasar, melalui penggabungan teknologi dan managemen yang baik untuk membentuk industri obat tradisional yang berkualitas dengan nama Ramuan Pak Oles," kata Direktur Utama PT Karya Pak Oles, Gede Ngurah Wididana di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, dengan sistem tersebut, produk yang dihasilkan mampu dipasarkan karena pasar telah tercipta lebih dulu, sebelum produk yang dihasilkan dalam skala industri.
Minyak Oles Bokashi sejak tahun 2001 telah sukses merebut pasar di Pulau Bali, sekaligus mulai 2003 melakukan ekspansi pasar secara serentak ke sejumlah wilayah di Indonesia, antara lain Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Timur, DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan.
Selain itu juga memperluas pemasaran ke Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur (NTT) , Jawa Barat, Banten, Lampung dan Jawa Tengah. Hampir di semua daerah itu memiliki distributor sehingga memudahkan pemasaran langsung ke konsumen.
Gede Ngurah Wididana yang memiliki sekitar 2.000 karyawan dari berbagai usaha yang dikembangkan di sejumlah daerah di Indonesia itu mengakui, awalnya minyak oles bokasih sangat sulit dipasarkan.
"Jangankan konsumen disuruh membeli, dikasih gratispun mereka tidak mau. Saya menyadari bahwa saat itu minyak oles bokashi dan produk Ramuan Pak Oles yang lain sangat miskin informasi dalam segala hal," jelas Gede Ngurah Wididana mengenang awal memasarkan Minyak Oles Bokashi.
Oleh sebab itu tahun kedua (2002) mulai fokus untuk memperkaya informasi tentang produk, baik itu hasil-hasil penelitian, aktivitas seminar, sosial dan budaya dan pengetahuan tentang produk yang dipasarkan.
Pengakuan konsumen tentang produk maupun mengiklan produk minyak oles bokashi hingga kini telah mendapat pengakuan konsumen lokal di Bali, nasional maupun pasaran ekspor, ujar Gede Ngurah Wididana, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Udayana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Upaya menciptakan pasar itu dengan informasi, kemudian menghasilkan produk untuk memenuhi permintaan pasar, melalui penggabungan teknologi dan managemen yang baik untuk membentuk industri obat tradisional yang berkualitas dengan nama Ramuan Pak Oles," kata Direktur Utama PT Karya Pak Oles, Gede Ngurah Wididana di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, dengan sistem tersebut, produk yang dihasilkan mampu dipasarkan karena pasar telah tercipta lebih dulu, sebelum produk yang dihasilkan dalam skala industri.
Minyak Oles Bokashi sejak tahun 2001 telah sukses merebut pasar di Pulau Bali, sekaligus mulai 2003 melakukan ekspansi pasar secara serentak ke sejumlah wilayah di Indonesia, antara lain Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Timur, DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan.
Selain itu juga memperluas pemasaran ke Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur (NTT) , Jawa Barat, Banten, Lampung dan Jawa Tengah. Hampir di semua daerah itu memiliki distributor sehingga memudahkan pemasaran langsung ke konsumen.
Gede Ngurah Wididana yang memiliki sekitar 2.000 karyawan dari berbagai usaha yang dikembangkan di sejumlah daerah di Indonesia itu mengakui, awalnya minyak oles bokasih sangat sulit dipasarkan.
"Jangankan konsumen disuruh membeli, dikasih gratispun mereka tidak mau. Saya menyadari bahwa saat itu minyak oles bokashi dan produk Ramuan Pak Oles yang lain sangat miskin informasi dalam segala hal," jelas Gede Ngurah Wididana mengenang awal memasarkan Minyak Oles Bokashi.
Oleh sebab itu tahun kedua (2002) mulai fokus untuk memperkaya informasi tentang produk, baik itu hasil-hasil penelitian, aktivitas seminar, sosial dan budaya dan pengetahuan tentang produk yang dipasarkan.
Pengakuan konsumen tentang produk maupun mengiklan produk minyak oles bokashi hingga kini telah mendapat pengakuan konsumen lokal di Bali, nasional maupun pasaran ekspor, ujar Gede Ngurah Wididana, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Udayana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016