Denpasar (Antara Bali) - Sanggar Teater Mini mementaskan drama tari klasik Dewa Ruci yang sarat pesan cinta kasih di Bali Mandara Mahalango III, Taman Budaya Denpasar, Sabtu malam.

"Pementasan ini sarat dengan makna cinta kasih dan filsafat Tat Twam Asi yang artinya aku adalah engkau dan engkau adalah aku. Kalau ingin dikasihi dan dihargai orang lain, maka hargailah orang lain," kata Ida Bagus Purwasila, pimpinan Sanggar Teater Mini di sela-sela pementasan tersebut.

Menurut Purwasila, selaku pribadi sudah sepatutnya manusia sadar untuk pencarian jati diri dengan mengedepankan hati nurani, appalagi dalam agama Hindu juga ada filsafat Tat Twam Asi.

"Itulah pesan moral yang ingin kami sampaikan," ucapnya, yang berperan sebagai Dewa Ruci.

Garapan yang dibawakan oleh 75 orang penari, penabuh, pemain drama dan narator itu diambil dari epos cerita Mahabharata, khususnya perjalanan Bima untuk menemukan Tirta Amerta.

Dikisahkan tokoh Bima diperintah oleh guru Drona untuk mencari Tirta Amerta. Bima sendiri memandang tirta tersebut sebagai sesuatu yang abstrak serta tidak diketahui keberadaannya.

Dalam perjalanan pencariannya, Bima mendapat berbagai halangan. Namun, kemudian ada seorang bidadari yang memberi tahu bahwa tirta amerta ada di Samudra Pantai Selatan. Di sanalah dia bertemu dengan penguasa samudra yang bernama Dewa Ruci.

Dewa Ruci kemudian menjelaskan bahwa tirta amerta berwujud air, namun ternyata tidak ada di sana. Bima pun akhirnya kebingungan dan menempuh berbagai upaya untuk menemukannya.

Pementasan Sanggar Teater Mini yang bekerja sama dengan Sanggar Cahya Art pimpinan I Ketut Lanus dan didukung oleh Komunitas ManuBada Singapadu, Gianyar, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar itu dipadati penonton.

Drama klasik tersebut juga menampilkan bintang-bintang senior seperti Arya Jimbaran, Ida Ayu Sri, Master Bayu Gendeng, Dewa Jayendra, Yuni Baratha, Gung Rama, Gung Ade, Rudita dan sebagainya. Sedangkan yang menjadi penulis naskah dan sutradara adalah Ida Bagus Anom Ranuara.

Pementasan drama klasik semakin istimewa dengan dipadukan penampilan penari di belakang layar berukuran besar sehingga yang terlihat berupa bayang-bayang.

"Untuk garapan ini, kami hanya punya waktu kurang dari tiga minggu untuk melakukan latihan, sangat sempit sekali, karena sebelumnya kami juga menyiapkan pementasan di ajang Pesta Kesenian Bali ke-38 beberapa waktu lalu," kata Purwasila. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016