Denpasar (Antara Bali) - Penurunan volume penjualan kendaraan bermotor di Bali selama triwulan I-2016 mengalami kontraksi sebesar -11,59 persen, lebih rendah dibandingkan triwulan I-2015 sebesar -6,09 persen, menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya realisasi pendapatan asli daerah (PAD).

Selain faktor tersebut, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) pada triwulan I-2016 juga ikut mendorong penurunan PAD pada periode triwulan awal 2016, kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Rabu.

Dalam laporan kajian ekonomi dan keuangan regional itu secara umum, dapat disimpulkan bahwa rendahnya realisasi pendapatan daerah pada triwulan I-2016 terutama disebabkan oleh rendahnya PAD, jika dibandingkan dengan pola historisnya dengan realisasi sebesar 15,61 persen, terendah dalam lima tahun terakhir yang selalu berada di atas 20 persen.

Dalam laporan iitu disebutkan, realisasi pendapatan APBD Bali triwulan I-2016, mencapai Rp 1,089 triliun atau sebesar 19,38 persen dari pagu anggaran dan nilaii ini, lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan I-2015 mencapai 23,58 persen atau dengan nilai nominal sebesar Rp 1,156 triliun.

Dewi Setyowati dalam laporannya tidak menampik bahwa pada periode triwulan I-2016, sebagian besar komponen pendapatan menunjukkan realisasi yang lebih rendah dibandingkan pola historisnya. Adapun komponen yang menunjukkan realisasi tertinggi adalah dana alokasi umum (DAU).

Penerimaaan dari pemerintah pusat ini sebesar 33,33 persen dan dengan share yang cukup signifikan pada pendapatan daerah (nominal sebesar Rp 283 miliar), sehingga berkonstribusi besar terhadap realisasi pendapatan daerah pada triwulan I-2016.

Dimana peningkatan realisasi dana alokasi umum yang sangat signifikan dari Rp 13 miliar pada triwulan 1-2015 menjadi Rp 183 miliar di triwulan 1-2016. Dana perimbangan tersebut terkait erat dengan realisasi pendapatan pajak pemerintah pusat.

Sementara itu, komponen pendapatan dengan realisasi terendah adalah realisasi retribusi daerah yaitu sebesar 14,99 persen, meskipun demikian share komponen ini relatif terhadap pendapatan daerah bila dibandingkan dengan komponen pendapatan lainnya.

Disisi lain, Setyowati Dewi mengaku yakin pertumbuhan ekonomi Bali membaik, sejalan dengan potensi membaiknya kondisi dunia usaha khususnya industri pariwisata seiring dengan kebijakan bebas visa yang diperkirakan akan mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisman ke daerah ini.

Disamping itu adanya penurunan tingkat suku bunga perbankan untuk kredit kendaraan bermotor (KKB) dan perusahaan pembiayaan serta potensi meningkatkanya kegiatan MICE domestik dan meningkatnya kunjungan domestik antara lain liburan sekolah diperkirakan akan mendorong peningkatan PAD pada triwulan ke depan.  (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016