Denpasar (Antara Bali) - Peranan subsektor tanaman pangan di Bali dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) sebesar 97,71 persen pada bulan Juni 2016, menurun 0,39 persen dibanding bulan sebelumnya tercatat 97,09 persen.
"Tanaman pangan meliputi padi dan palawija (NTP-P) masih berada di bawah nilai 100 yang berarti nilai yang diterima petani dari hasil pertanian tanaman pangan belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, indeks harga yang diterima petani (lt) pada subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,06 persen. Penurunan tersebut terjadi pada kelompok padi sebesar 0,06 persen.
Sementara pada kelompok palawija naik sebesar 1,42 persen, namun pada sisi lain indeks harga yang dibayar petani (lb) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen.
Adni Nugroho menambahkan, kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani dipengaruhi oleh naiknya indeks harga konsumsi rumah tangga (IHKP) dan indeks biaya produksi sebesar 0,29 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,09 persen.
Harga gabah kering panen (GKP) tingkat petani di Bali pada bulan Juni 2016 mengalami penurunan sebesar 0,03 persen, dari Rp4.213,26 per kilogram pada bulan Mei 2016 menjadi Rp4.211,78 per kilogram.
Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan naik sebesar 0,63 persen dari Rp4.292,60 per kilogram menjadi Rp4.319,61 per kilogram.
Meskipun harga gabah di tingkat petani itu menurun, namun harga tersebut di atas harga patokoan pemerintah (HPP) yang berlaku sejak Mei 2015 untuk di tingkat petani sebesar Rp3.700 per kg dan di tingkat penggilingan Rp3.750 per kg.
Produksi padi di Bali tahun 2015 tercatat 853.710 ton gabah kering giling (GKG), turun 0,49 persen atau sekitar 4.234 ton dibandingkan tahun 2014.
Adi Nugroho menjelaskan, tanaman merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali. Dari lima subsektor tersebut hanya pangan yang mengalami penurunan.
Empat subsektor lainnya mengalami kenaikan yang meliputi subsektor hortikultura naik 0,28 persen, tanaman perkebunan rakyat 1,98 persen, peternakan 0,52 persen dan subsektor perikanan 1,36 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Tanaman pangan meliputi padi dan palawija (NTP-P) masih berada di bawah nilai 100 yang berarti nilai yang diterima petani dari hasil pertanian tanaman pangan belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, indeks harga yang diterima petani (lt) pada subsektor tanaman pangan turun sebesar 0,06 persen. Penurunan tersebut terjadi pada kelompok padi sebesar 0,06 persen.
Sementara pada kelompok palawija naik sebesar 1,42 persen, namun pada sisi lain indeks harga yang dibayar petani (lb) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen.
Adni Nugroho menambahkan, kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani dipengaruhi oleh naiknya indeks harga konsumsi rumah tangga (IHKP) dan indeks biaya produksi sebesar 0,29 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,09 persen.
Harga gabah kering panen (GKP) tingkat petani di Bali pada bulan Juni 2016 mengalami penurunan sebesar 0,03 persen, dari Rp4.213,26 per kilogram pada bulan Mei 2016 menjadi Rp4.211,78 per kilogram.
Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan naik sebesar 0,63 persen dari Rp4.292,60 per kilogram menjadi Rp4.319,61 per kilogram.
Meskipun harga gabah di tingkat petani itu menurun, namun harga tersebut di atas harga patokoan pemerintah (HPP) yang berlaku sejak Mei 2015 untuk di tingkat petani sebesar Rp3.700 per kg dan di tingkat penggilingan Rp3.750 per kg.
Produksi padi di Bali tahun 2015 tercatat 853.710 ton gabah kering giling (GKG), turun 0,49 persen atau sekitar 4.234 ton dibandingkan tahun 2014.
Adi Nugroho menjelaskan, tanaman merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali. Dari lima subsektor tersebut hanya pangan yang mengalami penurunan.
Empat subsektor lainnya mengalami kenaikan yang meliputi subsektor hortikultura naik 0,28 persen, tanaman perkebunan rakyat 1,98 persen, peternakan 0,52 persen dan subsektor perikanan 1,36 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016