Denpasar (Antara Bali) - Duta kesenian dari Kabupaten Klungkung menampilkan tari Barong Bangkal yang terkait dengan cerita kelahiran Bhoma dalam mitologi Hindu pada Pawai Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38 di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Denpasar.

"Bangkal itu artinya babi besar yang berumur tua. Bangkal dalam mitologi Hindu terdapat dalam cerita kelahiran Bhoma," kata Anak Agung Gede Raka, Koordinator Pawai PKB di sela-sela pelaksanaan pawai tersebut, Sabtu.

Tarian Barong sendiri, ucap dia, merupakan peninggalan kebudayaan Pra Hindu. Topeng atau tapel barong dibuat dari kayu yang diambil dari tempat-tempat angker seperti kuburan atau areal tempat suci.

Oleh sebab itu barong merupakan benda sakral yang sangat disucikan oleh masyarakat Hindu di Bali. Pertunjukkan tari ini dengan atau tanpa lakon selalu diawali dengan pertunjukan pembuka yang diiringi dengan gamelan yang berbeda-beda

Terkait dengan cerita mitologi Hindu Barong Bangkal itu dikisahkan bahwa Dewa Brahma dan Dewa Wisnu masing-masing menunjukkan kehebatannya, maka munculah Dewa Siwa dalam wujud "Lingga" yaitu Kristal yang ujung atasnya menembus langit, dan pangkal bawahnya masuk ke dalam bumi.

Dewa Brahma mencari mencari ujung atasnya dalam wujud burung layang-layang, sedangkan Dewa Wisnu mencari pangkalnya dengan berubah wujud menjadi seekor babi (Bangkal) yang sangat buas.

Barong Bangkal biasanya digunakan atau ditarikan dengan cara ngelawang dari rumah ke rumah dan dari satu desa ke desa lainnya untuk menari sebagai pengusir kekuatan jahat dalam rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan.

Selain menyajikan Tari Barong Bangkal, duta dari Klungkung juga menampilkan iringan pembawa "gebogan". Gebogan atau sering juga disebut pajegan, dibuat sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan limpahan makanan dan buah-buahan kepada umatnya. Sebagai simbol ungkapan rasa terima kasih maka dibuatlah gebogan.

"Gebogan dapat dibuat dengan ukuran yang beragam. Gebogan dibuat dari berbagai aneka buah-buahan dan penganan yang disusun di atas dulang. Kemudian, bahan-bahan ini ditusukkan di sebatang pohon pisang kecil supaya tidak jatuh dan disusun sesuai dengan kreativitas pembuatnya. Yang terakhir, di atas buah-buahan diletakkan bunga-bunga yang diatur di atas anyaman janur," ucap Agung Raka. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016