Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengajak masyarakat untuk turut berperan aktif memberikan data penderita hydrocephalus agar bisa cepat mendapatkan pertolongan, di tengah jumlah penderitanya yang semakin banyak.

Gubernur Pastika, di Denpasar, Jumat juga meminta bantuan kelompok yang selama ini aktif dalam gerakan kemanusiaan agar membantu pemerintah mendata keberadaan anak-anak yang lahir dengan cacat bawaan dengan pembesaran kepala tersebut.

"Selain membantu pemerintah dalam melakukan pendataan, kami harapkan kelompok ini dapat memotivasi dan memberi pemahaman pada pihak keluarga agar mau melakukan pengobatan bagi anak mereka," ucapnya.

Mantan Kapolda Bali itu juga mengharapkan agar kelompok itu dapat memberi informasi kalau ada penyakit kelainan bawaan yang belum tercover program Jaminan Kesehatan Bali Mandara.

"Sebagai manusia yang kebetulan lebih beruntung, marilah kita melakukan sesuatu untuk membantu mereka. Penanganan kasus ini sangat memerlukan gerakan perseorangan," ujar Pastika seraya menyebut kemungkinan melakukan evaluasi terhadap peraturan JKBM terkait penanganan bayi yang lahir dengan cacat bawaan.

Selain bantuan pengobatan, dia juga memikirkan penyediaan rumah singgah bagi pasien selama masa perawatan. "Karena mereka `kan banyak yang berasal dari jauh. Rumah singgah juga perlu kita pikirkan," katanya.

Pastika menyampaikan rasa prihatin terhadap kasus hydrocephalus yang belakangan bermunculan. Terlebih, kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga kurang mampu yang kesulitan dalam menanggung biaya pengobatan bagi anak mereka mereka. Alhasil, pihak keluarga akhirnya hanya bisa pasrah dan merawat anak mereka di rumah seadanya.

Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) sejatinya menanggung pengobatan bayi yang lahir dengan cacat bawaan seperti hydrocephalus. Namun, lanjut Pastika, tidak semua peralatan medis terkait penanganan penyakit yang ditandai dengan pembesaran pada kepala ini ditanggung program JKBM.

Selain ada beberapa poin yang belum tercover JKBM, proses perawatannya juga membutuhkan biaya tambahan lain seperti angkutan ke rumah sakit, biaya makan penunggu pasien hingga kebutuhan susu bagi si anak. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016