Jakarta (Antara Bali) - Kementerian Kesehatan menyatakan jentik nyamuk
aedes aegypti sebagai sumber utama penyakit demam berdarah dengue (DBD)
tidak akan hilang jika hanya menguras bak penampungan air karena telur
nyamuk bersifat merekat pada dinding bak.
"Menguras bak penampung tidak hanya menguras karena telur nyamuk agak lengket. Ada spesifikasi yang bisa merekatkan telur pada dinding bak sehingga harus disikat agar telur keluar dari dinding tempat penampungan air," kata Direktur Pencegahan Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang pada sambutan Gerakan Nasional "Bersama Melawan Demam Berdarah" di Jakarta, Kamis.
Vensya mengatakan masyarakat harus memahami dengan baik prinsip 3M, yakni menguras, menutup dan memanfaatkan daur ulang untuk memberhentikan siklus perkembangbiakan aedes aegypti mulai dari kepompong, telur nyamuk, jentik hingga menjadi nyamuk dewasa yang siap menggigit lingkungan sekitar.
Tindakan menguras juga perlu didukung dengan menutup tempat penampungan air (TPA), namun jika beberapa tempat genangan air yang sulit dijangkau untuk dikuras dan ditutup, Kemenkes mengajurkan untuk menabur bubuk larvasida.
Prinsip ketiga, menurutnya, juga sering tidak dipahami dengan baik, yakni mengubur, seharusnya memanfaatkan atau mendaur ulang sampah.
"Banyak yang bilang mengubur, namun kita harus bisa mempertimbangkan apakah sampah tersebut bisa terurai dengan cepat oleh alam atau tidak. Seharusnya memang didaur ulang dari barang bekas tersebut," ujar Vensya.
Ia menjelaskan nyamuk betina akan terus menggigit serta menghisap darah sebanyak-banyaknya selama belum cukup untuk mematangkan telur.
Oleh karenanya, masyarakat perlu mengetahui tindakan promotif preventif untuk mencegah siklus hidup nyamuk aedes aegypti dengan berbagai upaya selain 3M, yakni menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan losion anti nyamuk serta memelihara ikan jika memiliki penampungan air yang lebih luas.
Kementerian Kesehatan mencatat jumlah penderita DBD pada 2015 sebanyak 126.646 kasus dengan jumlah kematian 1.231 orang dan tingkat rata-rata kematian di bawah satu persen atau di bawah target nasional. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Menguras bak penampung tidak hanya menguras karena telur nyamuk agak lengket. Ada spesifikasi yang bisa merekatkan telur pada dinding bak sehingga harus disikat agar telur keluar dari dinding tempat penampungan air," kata Direktur Pencegahan Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Vensya Sitohang pada sambutan Gerakan Nasional "Bersama Melawan Demam Berdarah" di Jakarta, Kamis.
Vensya mengatakan masyarakat harus memahami dengan baik prinsip 3M, yakni menguras, menutup dan memanfaatkan daur ulang untuk memberhentikan siklus perkembangbiakan aedes aegypti mulai dari kepompong, telur nyamuk, jentik hingga menjadi nyamuk dewasa yang siap menggigit lingkungan sekitar.
Tindakan menguras juga perlu didukung dengan menutup tempat penampungan air (TPA), namun jika beberapa tempat genangan air yang sulit dijangkau untuk dikuras dan ditutup, Kemenkes mengajurkan untuk menabur bubuk larvasida.
Prinsip ketiga, menurutnya, juga sering tidak dipahami dengan baik, yakni mengubur, seharusnya memanfaatkan atau mendaur ulang sampah.
"Banyak yang bilang mengubur, namun kita harus bisa mempertimbangkan apakah sampah tersebut bisa terurai dengan cepat oleh alam atau tidak. Seharusnya memang didaur ulang dari barang bekas tersebut," ujar Vensya.
Ia menjelaskan nyamuk betina akan terus menggigit serta menghisap darah sebanyak-banyaknya selama belum cukup untuk mematangkan telur.
Oleh karenanya, masyarakat perlu mengetahui tindakan promotif preventif untuk mencegah siklus hidup nyamuk aedes aegypti dengan berbagai upaya selain 3M, yakni menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan losion anti nyamuk serta memelihara ikan jika memiliki penampungan air yang lebih luas.
Kementerian Kesehatan mencatat jumlah penderita DBD pada 2015 sebanyak 126.646 kasus dengan jumlah kematian 1.231 orang dan tingkat rata-rata kematian di bawah satu persen atau di bawah target nasional. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016