Singaraja (Antara Bali) - Tujuh Desa Pakraman (Adat) di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali berencana siap mengelola Pasar Seririt untuk meningkatkan kualitas manajemen dan kesejahteraan para pedagang di salah satu pasar terpadat di Pulau Dewata itu.
"Ketujuh desa itu yakni Desa Pengastulan, Lokapaksa, Patemon, Bubunan, Sulanyah, Tangguwisia dan Seririt yang tergabung dalam kelompok desa penyangga," kata Putu Wisnu Atmaja, salah seorang tokoh masyarakat di daerah itu, Selasa.
Ia menjelaskan, selama ini Pasar Seririt dikelola Pemkab Buleleng melalui Perusahaan Daerah (PD) Pasar Buleleng. Sekaligus menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar untuk pemkab.
Pasar Seririt, kata dia, ketika pertama kali berdiri sekitar 1970 dikelola secara bersama-sama oleh desa-desa penyangga. Namun seiring berkembangnya pasar itu, Pemkab Buleleng akhirnya memutuskan untuk mengelolanya.
Ia menambahkan, kini ketujuh desa itu yang tergabung dalam Forum Peduli Seririt (FPS) telah serius untuk mengelola pasar itu dengan membuat surat pernyataan bersama kesiapan mengelola pasar.
Selanjutnya, kata dia, desa penyangga berencana membentuk sebuah badan usaha sebagai syarat pengelolaan pasar secara profesional sesuai Permendagri Nomor 39 tahun 2010 tentang pasar.
"Alasannya karena keamanan supaya tidak terus-terusan terjadwal kebakarannya. Selanjutnya faktor ekonomi, pendidikan dan sosial. Jadi kita nanti sharingnya berapa harus nyetor ke pemda," katanya.
Pengelolaan pasar tradisional oleh desa adat penyangga ini sesungguhnya sudah diterapkan terhadap pasar-pasar di Bali seperti Pasar Kuta. Sedangkan di Buleleng beberapa pasar juga dikelola desa adat seperti Pasar Sangsit.
Pasar Seririt sebelumnya terbakar pada 3 Juli 2014 lalu. Seluruh barang dagangan dan lapak pedagang ludes terbakar. Sejak terbakar sampai kini, pedagang menempati Pasar Darurat Seririt yang memanfaatkan Terminal Seririt. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Ketujuh desa itu yakni Desa Pengastulan, Lokapaksa, Patemon, Bubunan, Sulanyah, Tangguwisia dan Seririt yang tergabung dalam kelompok desa penyangga," kata Putu Wisnu Atmaja, salah seorang tokoh masyarakat di daerah itu, Selasa.
Ia menjelaskan, selama ini Pasar Seririt dikelola Pemkab Buleleng melalui Perusahaan Daerah (PD) Pasar Buleleng. Sekaligus menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar untuk pemkab.
Pasar Seririt, kata dia, ketika pertama kali berdiri sekitar 1970 dikelola secara bersama-sama oleh desa-desa penyangga. Namun seiring berkembangnya pasar itu, Pemkab Buleleng akhirnya memutuskan untuk mengelolanya.
Ia menambahkan, kini ketujuh desa itu yang tergabung dalam Forum Peduli Seririt (FPS) telah serius untuk mengelola pasar itu dengan membuat surat pernyataan bersama kesiapan mengelola pasar.
Selanjutnya, kata dia, desa penyangga berencana membentuk sebuah badan usaha sebagai syarat pengelolaan pasar secara profesional sesuai Permendagri Nomor 39 tahun 2010 tentang pasar.
"Alasannya karena keamanan supaya tidak terus-terusan terjadwal kebakarannya. Selanjutnya faktor ekonomi, pendidikan dan sosial. Jadi kita nanti sharingnya berapa harus nyetor ke pemda," katanya.
Pengelolaan pasar tradisional oleh desa adat penyangga ini sesungguhnya sudah diterapkan terhadap pasar-pasar di Bali seperti Pasar Kuta. Sedangkan di Buleleng beberapa pasar juga dikelola desa adat seperti Pasar Sangsit.
Pasar Seririt sebelumnya terbakar pada 3 Juli 2014 lalu. Seluruh barang dagangan dan lapak pedagang ludes terbakar. Sejak terbakar sampai kini, pedagang menempati Pasar Darurat Seririt yang memanfaatkan Terminal Seririt. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016