Denpasar (Antara Bali) - Manajemen PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) berkomitmen tinggi dengan segala kesadaran, kekuatan dan keyakinan akan merevitalisasi Teluk Benoa, Bali menjadi kawasan wisata yang menyatu dengan kearifan lokal masyarakat Pulau Dewata.
"Teluk Benoa ke depan akan menjadi kawasan wisata yang menyatu dengan nilai nilai agama, budaya, etika dan estetika yang justru menjadi daya tariknya Bali," ujar Dirut TWBI Heru B Wasesa di Pura Besakih, Senin, usai acara memohon anugrah dan keselamatan bersama tokoh agama, adat, cendekiawan untuk memohon keselamatan Bali.
Heru didampingi para petinggi TWBI lainnya menjelaskan, kehadirannya bersama para tokoh spiritual dan adat di Pura Besakih bertujuan agar keselamatan, keharmonisan dan kelestarian alam Bali selalu terjaga, sesuai dengan nilai nilai filosofi Tri Hita Karana yang justru menjadi daya tarik bagi wisatawan ke Bali.
Pura Besakih yang berlokasi di Kabupaten Karangasem atau ditempuh sekitar 80 Km ditempuh 1,5 jam dari Kota Denpasar melalui jalan darat dipercaya masyarakat Bali sebagai tempat suci terbesar dan paling berpengaruh dalam tatanan spiritual masyarakat Bali, sehingga disebut ibu dari seluruh pura pura di Bali. Manajemen TWBI memohon anugrah dan keselamatan di Penataran Agung dipimpin Mangku Dharma dan selanjutnya ke Linggih Ratu Subandar dipimpin sulinggih Gusti Mangku Jana.
Heru menjelaskan, perjuangan merevitalisasi Teluk Benoa tetap dalam kerangka mendukung program pemerintah dalam membangun kepariwisataan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga prosesnya berjalan lancar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Kehadiran kami di pura paling disucikan ini sudah sangat jelas menyatu dengan itikad baik kami untuk membangun kepariwisataan Bali dengan tetap berlandaskan pada nilai nilai kesucian Bali. Ini harapan kami, masyarakat dan tentunya juga para tokoh spiritual dan adat Bali, sehingga revitalisasi sangat penting dilakukan," ujarnya.
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag, ketua Pengurus Harian Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, sebuah organisasi spiritual Hindu terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia mengemukakan kehadiran manajemen TWBI untuk memohon keselamatan di Pura Besakih perlu diapresiasi dengan baik.
"Semuanya itu menunjukkan itikad baik dan komitmennya yang jelas untuk membangun Bali sesuai harapan masyarakat setempat yang sangat menjunjung tinggi filosofi Tri Hita Karana berakar pada nilai nilai keharmonisan manusia dan alam serta kelestarian lingkungan yang makin jelas diperjuangkan manajemen TWBI dengan sembahyang di Besakih," ujarnya.
Ia menjelaskan, Tuhan ada di dalam dan di luar alam semesta dan bersifat abstrak yang simboliknya Pura Besakih dan kemudian di dalam Weda Smerti terdapat hubungan timbal balik antara Rta (alam) dan Dharma (Manusia). Rta adalah hukum alam yang mengatur manusia. Bila Rta tidak rusak bisa memberi kehidupan kepada manusia, namun jika manusia merusak Rta maka alam juga akan merusak manusia.
"Karena itu lah spirit kehadiran manajemen TWBI bersama para sulinggih dan tokoh adat serta masyarakat peduli lingkungan perlu diapresiasi dengan baik sebagai wujud komitmennya berjalan sesuai Rta dan Dharma. Sebab kalau Rta (alam) rusak sudah jelas semuanya yang akan rugi, karena itu harus bersama sama menjaga keharmonisan alam," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Teluk Benoa ke depan akan menjadi kawasan wisata yang menyatu dengan nilai nilai agama, budaya, etika dan estetika yang justru menjadi daya tariknya Bali," ujar Dirut TWBI Heru B Wasesa di Pura Besakih, Senin, usai acara memohon anugrah dan keselamatan bersama tokoh agama, adat, cendekiawan untuk memohon keselamatan Bali.
Heru didampingi para petinggi TWBI lainnya menjelaskan, kehadirannya bersama para tokoh spiritual dan adat di Pura Besakih bertujuan agar keselamatan, keharmonisan dan kelestarian alam Bali selalu terjaga, sesuai dengan nilai nilai filosofi Tri Hita Karana yang justru menjadi daya tarik bagi wisatawan ke Bali.
Pura Besakih yang berlokasi di Kabupaten Karangasem atau ditempuh sekitar 80 Km ditempuh 1,5 jam dari Kota Denpasar melalui jalan darat dipercaya masyarakat Bali sebagai tempat suci terbesar dan paling berpengaruh dalam tatanan spiritual masyarakat Bali, sehingga disebut ibu dari seluruh pura pura di Bali. Manajemen TWBI memohon anugrah dan keselamatan di Penataran Agung dipimpin Mangku Dharma dan selanjutnya ke Linggih Ratu Subandar dipimpin sulinggih Gusti Mangku Jana.
Heru menjelaskan, perjuangan merevitalisasi Teluk Benoa tetap dalam kerangka mendukung program pemerintah dalam membangun kepariwisataan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga prosesnya berjalan lancar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Kehadiran kami di pura paling disucikan ini sudah sangat jelas menyatu dengan itikad baik kami untuk membangun kepariwisataan Bali dengan tetap berlandaskan pada nilai nilai kesucian Bali. Ini harapan kami, masyarakat dan tentunya juga para tokoh spiritual dan adat Bali, sehingga revitalisasi sangat penting dilakukan," ujarnya.
Drs. I Ketut Wiana, M.Ag, ketua Pengurus Harian Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat, sebuah organisasi spiritual Hindu terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia mengemukakan kehadiran manajemen TWBI untuk memohon keselamatan di Pura Besakih perlu diapresiasi dengan baik.
"Semuanya itu menunjukkan itikad baik dan komitmennya yang jelas untuk membangun Bali sesuai harapan masyarakat setempat yang sangat menjunjung tinggi filosofi Tri Hita Karana berakar pada nilai nilai keharmonisan manusia dan alam serta kelestarian lingkungan yang makin jelas diperjuangkan manajemen TWBI dengan sembahyang di Besakih," ujarnya.
Ia menjelaskan, Tuhan ada di dalam dan di luar alam semesta dan bersifat abstrak yang simboliknya Pura Besakih dan kemudian di dalam Weda Smerti terdapat hubungan timbal balik antara Rta (alam) dan Dharma (Manusia). Rta adalah hukum alam yang mengatur manusia. Bila Rta tidak rusak bisa memberi kehidupan kepada manusia, namun jika manusia merusak Rta maka alam juga akan merusak manusia.
"Karena itu lah spirit kehadiran manajemen TWBI bersama para sulinggih dan tokoh adat serta masyarakat peduli lingkungan perlu diapresiasi dengan baik sebagai wujud komitmennya berjalan sesuai Rta dan Dharma. Sebab kalau Rta (alam) rusak sudah jelas semuanya yang akan rugi, karena itu harus bersama sama menjaga keharmonisan alam," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016