Mangupura (Antara Bali) - Pemerintah Kabupaten Badung, Bali, bersama Desa Adat Kerobokan menggelar ritual "Nangluk Merana" atau pembersihan secara spiritual alam semesta yang bertujuan menjaga kesuburan tanaman di area persawahan (subak).

"Kegiatan ini untuk keselamatan dan kesejahteraan alam semesta terutamanya tanaman dan binatang yang ada di persawahan dan tegalan (perkebunan)," kata Bupati Badung Nyoman Giri Prasta, di Mangupura, Senin.

Ia menambahkan, tujuan lain dari kegiatan ini agar tetap dapat menjaga kelestarian adat, budaya yang damai dan sejahtera (santi dan jagadhita).

Dengan upacara ini diharapkan dapat mengurangi berbagai macam hama penyakit yang dapat menyerang tanaman maupun binatang.

"Setelah upacara ini diharapkan kepada bendesa adat, pekaseh dan kelian subak agar melanjutkan upacara seperti ini di masing-masing desa adat dan subak," ujarnya.

Selain menggelar ritual "Nangluk Merana", lanjut dia, juga menggelar ritual "Mepekelem" Di Pura Ulun Tanjung, Kerobokan, Badung, Bali.

Upacara nangluk merana ditutup pandita Ida Pedanda Ngurah Putra Keniten Gria Kediri Sangeh yang juga dihadiri Ketua DPRD Badung Putu Parwata, Kadispenda Badung I Wayan Adi Arnawa, para bendesa adat, pekaseh dan kelian subak se-Kabupaten Badung.

Bendesa Adat Kerobokan A.A. Putu Sutarja mengatakan, upacara nangluk merana lan mepekelem ini rutin dilaksanakan setiap tahun mulai Tahun 1996.

"Nangluk merana ini bertujuan guna mohon keselamatan, kesejahteraan dan dijauhkan dari segala bahaya khususnya hama (merana) agar tidak menganggu tanaman di persawahan dan tegalan, sehingga petani mampu meningkatkan hasil-hasil pertaniannya," ujarnya.

Setelah melaksanakan persembahyangan bersama, Bupati Giri Prasta bersama Ketua DPRD Badung Putu Parwata, Kadispenda serta bendesa adat kerobokan melakukan upacara mepakelem ke tengah segara (laut) Petitenget. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Surya

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016