Denpasar (Antara Bali) - Desa Pakraman (Adat) Kota Denpasar secara serentak melakukan ritual "pecaruan nangluk merana" atau pembersihan secara spiritual alam semesta ini.
"Kegiatan ritual ini bertepatan dengan Tilem atau bulan mati menurut kalender masehi yang diikuti ribuan umat Hindu di Pura Desa dan Puseh Desa Pakraman Denpasar," kata Penglingsir (tokoh) Pura Desa dan Puseh Desa Pakraman Denpasar, Mangku Pande Made Arnaya di Denpasar, Bali, Kamis.
Upacara ini dihadiri Sekda Kota Denpasar Anak Agung Rai Iswara, Ketua Komisi I DPRD Kota Denpasar Ketut Suteja Kumara, Camat Denpasar Barat Ida Bagus Joni Ariwibawa dan Camat Denpasar Utara Nyoman Lodera serta tokoh agama setempat.
Mangku Pande Made Arnaya mengatakan upacara "nangluk merana` merupakan upacara ritual yang dilaksanakan sebagai permohonan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar berkenan menangkal atau mengendalikan gangguan-gangguan yang dapat membawa kehancuran atau penyakit.
"Merana dalam hal ini tidak hanya berarti hama, melainkan semua penyakit, virus, dan hal-hal yang tidak baik yang mungkin akan menimpa seseorang," katanya.
Dikatakan, secara umum semua ritual yang berkaitan dengan "nangluk marana" disebut sebagai "caru", yakni ritual yang dilaksanakan dengan tujuan untuk "nyomia bhuta kala" yang diartikan sebagai ritual dengan melaksanakan kurban suci dengan tujuan agar semuanya menjadi harmonis.
Mangku Pande Arnaya menjelaskan keberadaan Pura Desa dan Pura Puseh Desa Pakraman Denpasar didukung 104 banjar (dusun), dimana upacara ini dilakukan rutin setiap tahunnya di mulai sejak tahun 1998 .
Kali ini upacara "nangluk marana" dipimpin rohaniawan Hindu Ida Pedanda Gede Sari Arimbawa dari Geriya Tegal Sari Denpasar.
Dalam kesempatan ini Mangku Arnaya juga menjelaskan setelah melakukan upacara "Pecaruan", pada malam hari pihaknya akan melakukan keliling wilayah desa dengan "memundut" atau menggotong arca Ratu Gede dan Ratu Ayu dengan prosesi melakukan penyucian wilayah desa.
Hal ini dilakukan berkaitan dengan upacara "nangluk merana" yang bertujuan sebagai penyeimbangan antara "Bhuana Alit dan Bhuana Agung" (pada diri individu dan alam semesta) demi keselamatan jagat Bali.
"Karena bulan keenam sebagai bulan keramat bagi umat Hindu. karena itu digelar upacara ritual tersebut," katanya. (WDY)
Desa Adat Gelar Upacara Ritual "Nangluk Merana"
Kamis, 10 Desember 2015 19:37 WIB