Denpasar (Antara Bali) - South Kuta Beach Business Association (SKBBA) bekerja sama dengan Desa Adat Kuta, Kabupaten Badung menggelar lomba membuat Gebogan (rangkaian janur kombinasi kue dan buah) serta membuat penjor dalam menyambut Hari Raya Galungan.
"Kegiatan tersebut melibatkan belasan peserta dari kalangan pelaku bisnis khususnya yang bergerak dalam sektor pariwisata yang digelar di Pantai Kuta," kata Ketua Panitia kegiatan tersebut Nyoman Gede Suasta di Kuta, Sabtu.
Ia mengatakan, kegiatan lomba gebogan yang khusus melibatkan kaum wanita dan membuat penjor (menghias bambu) melibatkan kaum pria tersebut merupakan yang keempat kali dalam menyambut hari suci umat Hindu.
Hari raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu di Bali setiap 210 hari sekali sebagai hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan).
Hari raya besar umat Hindu itu jatuh hari Rabu, 10 Februari 2016 disusul sepuluh hari kemudian, Sabtu, 20 Februari 2016 hari raya Kuningan.
Nyoman Gede Suasta menambahkan, penjor dipasang di masing-masing pintu masuk setiap keluarga sehingga suasana Pulau Dewata tampak meriah dengan hiasan penjor.
Penjor merupakan sebuah tiang bambu yang menjulang tinggi sampai delapan meter ke angkasa. Tiang-tiang bambu untuk penjor Galungan dihias dengan beraneka ragam hasil pertanian antara lain buah-buahan, padi dan dekorasi janur, serta diberi sesaji di pangkalnya.
Penjor digunakan hampir dalam semua ritual penting bagi umat Hindu di Bali, terutama dalam piodalan perayaan hari jadi pura. Maksud dari pemasangan penjor adalah untuk menyembah Tuhan/Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Hyang Giri Pati dewa yang bersemayam di gunung.
"Umat Hindu percaya bahwa air yang menghidupi mereka berasal dari gunung, yang mengalirkannya ke empat danau sumber mata air bagi seluruh pelosok Pulau Dewata," ujar Nyoman Gede Suasta.
Oleh sebab itu setiap rumah tangga di Bali menjelang Galungan membuat penjor dan memasangkan pada pintu masuk pekarangan rumah tangga, sekaligus menghias jalan-jalan di Bali dengan beraneka warna.
Sementara Gebogan adalah sesaji tradisional Bali yang dibuat menyerupai gunung atau bentuk segitiga. Sesaji tersebut terdiri dari berbagai macam buah-buahan, bunga serta ornamen lain yang dirangkai hingga membentuk segitiga yang indah.
Gebogan dapat berfungsi sebagai persembahan kepada Tuhan sekaligus sebagai dekorasi. Sebagai persembahan, gebogan dibawa ke pura dengan cara diusung di atas kepala. Sedangkan sebagai dekorasi, gebogan biasanya diletakkan di lantai ataupun di atas meja.
Dalam lomba tersebut membuat 40 penjor dan 40 gebogan yang selanjutnya dinilai oleh tim juri, ujar Nyoman Gede Suasta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kegiatan tersebut melibatkan belasan peserta dari kalangan pelaku bisnis khususnya yang bergerak dalam sektor pariwisata yang digelar di Pantai Kuta," kata Ketua Panitia kegiatan tersebut Nyoman Gede Suasta di Kuta, Sabtu.
Ia mengatakan, kegiatan lomba gebogan yang khusus melibatkan kaum wanita dan membuat penjor (menghias bambu) melibatkan kaum pria tersebut merupakan yang keempat kali dalam menyambut hari suci umat Hindu.
Hari raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu di Bali setiap 210 hari sekali sebagai hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan).
Hari raya besar umat Hindu itu jatuh hari Rabu, 10 Februari 2016 disusul sepuluh hari kemudian, Sabtu, 20 Februari 2016 hari raya Kuningan.
Nyoman Gede Suasta menambahkan, penjor dipasang di masing-masing pintu masuk setiap keluarga sehingga suasana Pulau Dewata tampak meriah dengan hiasan penjor.
Penjor merupakan sebuah tiang bambu yang menjulang tinggi sampai delapan meter ke angkasa. Tiang-tiang bambu untuk penjor Galungan dihias dengan beraneka ragam hasil pertanian antara lain buah-buahan, padi dan dekorasi janur, serta diberi sesaji di pangkalnya.
Penjor digunakan hampir dalam semua ritual penting bagi umat Hindu di Bali, terutama dalam piodalan perayaan hari jadi pura. Maksud dari pemasangan penjor adalah untuk menyembah Tuhan/Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Hyang Giri Pati dewa yang bersemayam di gunung.
"Umat Hindu percaya bahwa air yang menghidupi mereka berasal dari gunung, yang mengalirkannya ke empat danau sumber mata air bagi seluruh pelosok Pulau Dewata," ujar Nyoman Gede Suasta.
Oleh sebab itu setiap rumah tangga di Bali menjelang Galungan membuat penjor dan memasangkan pada pintu masuk pekarangan rumah tangga, sekaligus menghias jalan-jalan di Bali dengan beraneka warna.
Sementara Gebogan adalah sesaji tradisional Bali yang dibuat menyerupai gunung atau bentuk segitiga. Sesaji tersebut terdiri dari berbagai macam buah-buahan, bunga serta ornamen lain yang dirangkai hingga membentuk segitiga yang indah.
Gebogan dapat berfungsi sebagai persembahan kepada Tuhan sekaligus sebagai dekorasi. Sebagai persembahan, gebogan dibawa ke pura dengan cara diusung di atas kepala. Sedangkan sebagai dekorasi, gebogan biasanya diletakkan di lantai ataupun di atas meja.
Dalam lomba tersebut membuat 40 penjor dan 40 gebogan yang selanjutnya dinilai oleh tim juri, ujar Nyoman Gede Suasta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016