Denpasar (Antara Bali) - Masyarakat menyikapi pemilihan kepala daerah, khususnya di Bali belum semuanya melihat visi dan misi dari kandidat calon bupati/wakil bupati dan wali kota/wali wali kota, namun lebih tertarik warga untuk mendapatkan sentuhan program sosial yang dilakukan kandidat, seperti pembagian sembako.
"Masyarakat masih melihat program sosial kandidat dibanding ketokohan atau figur dan menyermati visi dan misi yang disampaikan oleh kandidat tersebut," kata Ketua Masyarakat dan Pers Pemantau (Mapilu) PWI Bali Made Raka Santeri pada acara diskusi terbatas "Evaluasi Pilkada Serentak dan Kemerdekaan Pers" yang digelar PWI Bali di Denpasar, Jumat.
Ia mengamati pada pemilihan kepala daerah atau Pilkada Serentak 9 Desember 2015, masyarakat mulai dari tahap kampanye melihat figur calon dari apa yang mereka berikan saat masa kampanye tersebut.
"Kenyataan ini tetap saja seperti pilkada sebelumnya, yang mana para calon pada kampanyenya selalu memberikan sesuatu yang berkedok sebagai menarik simpati rakyat, baik pemberian sembako maupun sumbangan lainnya," ujarnya.
Raka Santeri mengatakan fenomena seperti itu dalam politik tentu dalam tatanan masyarakat belum mampu menunjukkan demokrasi yang murni akan memilih pemimpin ke depan yang bisa memayungi dan memikirkan masa depan masyarakatnya.
"Walau memang dalam aturan KPU sekarang semakin ketat dalam pelaksanaan pilkada. Semua ada aturan termasuk juga saat masa kampanye mendapat pengawasan terhadap kandidat tersebut. Namun celah menebar pesona terhadap rakyat untuk mendapat simpati rakyat saat pencoblosan tetap saja ada," ujarnya.
Dikatakan, semakin seringnya adanya kegiatan politik, mulai dari pemilihan kepada desa, Pilkada hingga pemilihan (DPRD, DPD dan DPR-RI) hingga Presiden dan wakil Presiden berdampak juga buat masyarakat, yakni semakin apatis untuk berperan aktif pada pemilu tersebut.
"Belakangan ini kalau diamati masyarakat semakin apatis berpartisipasi pada pemilu. Warga tidak terlalu antusias mendengarkan berita pilkada dibanding dengan acara hiburan di televisi. Karena itu ke depan bagaimana peran KPU dengan media agar lebih bagus sinerginya, sehingga informasi terkait pemilu sampai ke masyarakat," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Masyarakat masih melihat program sosial kandidat dibanding ketokohan atau figur dan menyermati visi dan misi yang disampaikan oleh kandidat tersebut," kata Ketua Masyarakat dan Pers Pemantau (Mapilu) PWI Bali Made Raka Santeri pada acara diskusi terbatas "Evaluasi Pilkada Serentak dan Kemerdekaan Pers" yang digelar PWI Bali di Denpasar, Jumat.
Ia mengamati pada pemilihan kepala daerah atau Pilkada Serentak 9 Desember 2015, masyarakat mulai dari tahap kampanye melihat figur calon dari apa yang mereka berikan saat masa kampanye tersebut.
"Kenyataan ini tetap saja seperti pilkada sebelumnya, yang mana para calon pada kampanyenya selalu memberikan sesuatu yang berkedok sebagai menarik simpati rakyat, baik pemberian sembako maupun sumbangan lainnya," ujarnya.
Raka Santeri mengatakan fenomena seperti itu dalam politik tentu dalam tatanan masyarakat belum mampu menunjukkan demokrasi yang murni akan memilih pemimpin ke depan yang bisa memayungi dan memikirkan masa depan masyarakatnya.
"Walau memang dalam aturan KPU sekarang semakin ketat dalam pelaksanaan pilkada. Semua ada aturan termasuk juga saat masa kampanye mendapat pengawasan terhadap kandidat tersebut. Namun celah menebar pesona terhadap rakyat untuk mendapat simpati rakyat saat pencoblosan tetap saja ada," ujarnya.
Dikatakan, semakin seringnya adanya kegiatan politik, mulai dari pemilihan kepada desa, Pilkada hingga pemilihan (DPRD, DPD dan DPR-RI) hingga Presiden dan wakil Presiden berdampak juga buat masyarakat, yakni semakin apatis untuk berperan aktif pada pemilu tersebut.
"Belakangan ini kalau diamati masyarakat semakin apatis berpartisipasi pada pemilu. Warga tidak terlalu antusias mendengarkan berita pilkada dibanding dengan acara hiburan di televisi. Karena itu ke depan bagaimana peran KPU dengan media agar lebih bagus sinerginya, sehingga informasi terkait pemilu sampai ke masyarakat," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016