Mangupura (Antara Bali) - Wisata naik gajah sembari menyaksikan pemandangan lembah, persawahan, hutan dan sungai di kawasan Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali, diminati wisatawan mancanegara.
"Rute wisata naik gajah Sumatera sekitar 60 menit. Wisatawan asing yang berminat akan diajak menyusuri lembah dan lainnya, dengan kondisi pemandangan alam yang masih alami," ujar praktisi wisata I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha di Kuta, Minggu.
Menurut wanita yang akrab dipanggil Gung Inda, mayoritas wisatawan yang berminat mencoba atraksi wisata gajah berasal dari Eropa dan Asia. Namun, peminat dari wisatawan domestik belakangan juga makin bertambah.
Dia meneruskan, wisatawan yang mengikuti wisata gajah akan menjelajah wilayah seluas sepuluh hektare dengan pemandangan luas menghijau. Seperti sayur-sayuran di perkebunan penduduk dab padang bunga.
Rute berikutnya menyaksikan kolam gajah, siamang, dan burung di habitat alami mereka. Melihat ke bawah Sungai Ayung yang menawan, dilanjutkan dengan mengambil beberapa gambar dari pemandangan menarik ini adalah pengalaman luar biasa bagi wisatawan.
Pengalaman lain adalah melihat langsung kehidupan keseharian masyarakat setempat dari atas gajah, jenis satwa yang tergolong langka dan tengah dalam upaya pelestarian.
Setiap wisatawan yang ingin mencoba atraksi naik gajah, dikenakan biaya antara Rp600 ribu - Rp700 ribu. Maksimal wisatawan berusia 75 tahun, sesuai peraturan dari pihak asuransi.
Biasanya setiap `high season` turis datang bersama keluarga atau rombongan dalam jumlah besar, pada akhir Desember atau pertengahan tahun.
Kalau sudah `low season`, maka jumlah wisatawan otomatis berkurang hingga setengahnya. Misalnya, kalau high season mencapai ratusan wisatawan yang mencoba atraksi naik gajah, kalau low season berkurang sampai setengahnya.
Disinggung ketatnya persaingan usaha wisata, dikatakan Gung Inda, setiap bisnis selalu ada kompetisi. Namun justru persaingan hendaknya disikapi dengan sikap inovatif.
"Supaya turis tidak jenuh, kita tawarkan bagi yang beratraksi naik gajah, ditawari kombinasi ke tempat pembuatan coklat atau bersepeda. Kalau turis kurang minat, bisa ditawari lagi kegiatan lain," ujar Gung Inda yang sekaligus Ketua Hipmi Bali.
Sikap inovatif, mesti dimiliki pengusaha di bidang apapun, agar bisnis tetap bertahan di tengah ketatnya kompetisi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Rute wisata naik gajah Sumatera sekitar 60 menit. Wisatawan asing yang berminat akan diajak menyusuri lembah dan lainnya, dengan kondisi pemandangan alam yang masih alami," ujar praktisi wisata I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha di Kuta, Minggu.
Menurut wanita yang akrab dipanggil Gung Inda, mayoritas wisatawan yang berminat mencoba atraksi wisata gajah berasal dari Eropa dan Asia. Namun, peminat dari wisatawan domestik belakangan juga makin bertambah.
Dia meneruskan, wisatawan yang mengikuti wisata gajah akan menjelajah wilayah seluas sepuluh hektare dengan pemandangan luas menghijau. Seperti sayur-sayuran di perkebunan penduduk dab padang bunga.
Rute berikutnya menyaksikan kolam gajah, siamang, dan burung di habitat alami mereka. Melihat ke bawah Sungai Ayung yang menawan, dilanjutkan dengan mengambil beberapa gambar dari pemandangan menarik ini adalah pengalaman luar biasa bagi wisatawan.
Pengalaman lain adalah melihat langsung kehidupan keseharian masyarakat setempat dari atas gajah, jenis satwa yang tergolong langka dan tengah dalam upaya pelestarian.
Setiap wisatawan yang ingin mencoba atraksi naik gajah, dikenakan biaya antara Rp600 ribu - Rp700 ribu. Maksimal wisatawan berusia 75 tahun, sesuai peraturan dari pihak asuransi.
Biasanya setiap `high season` turis datang bersama keluarga atau rombongan dalam jumlah besar, pada akhir Desember atau pertengahan tahun.
Kalau sudah `low season`, maka jumlah wisatawan otomatis berkurang hingga setengahnya. Misalnya, kalau high season mencapai ratusan wisatawan yang mencoba atraksi naik gajah, kalau low season berkurang sampai setengahnya.
Disinggung ketatnya persaingan usaha wisata, dikatakan Gung Inda, setiap bisnis selalu ada kompetisi. Namun justru persaingan hendaknya disikapi dengan sikap inovatif.
"Supaya turis tidak jenuh, kita tawarkan bagi yang beratraksi naik gajah, ditawari kombinasi ke tempat pembuatan coklat atau bersepeda. Kalau turis kurang minat, bisa ditawari lagi kegiatan lain," ujar Gung Inda yang sekaligus Ketua Hipmi Bali.
Sikap inovatif, mesti dimiliki pengusaha di bidang apapun, agar bisnis tetap bertahan di tengah ketatnya kompetisi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016