Denpasar (Antara Bali) - Debit air Sungai Ayung yang dimanfaatkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Denpasar sebagai sumber air baku pada Instalasi Pengolahan Air Ayung Blusung tidak bisa berproduksi secara maksimal, akibat musim kemarau panjang.
Kepala Bagian Produksi PDAM Kota Denpasar Wayan Arnawa di Denpasar, Rabu mengatakan pihaknya tidak bisa melayani secara maksimal ke pelanggan, karena debit air baku mengalami penurunan sangat drastis akibat musim kemarau panjang.
Ia mengatakan dengan kondisi ini, IPA Ayung Blusung hanya bisa berproduksi sebanyak 25 persen dari total produksi 550 liter per detik, sehingga berdampak pada pelayanan konsumen di wilayah Denpasar Utara dan Denpasar Barat.
Selain itu, kata dia, faktor perubahan cuaca serta iklim ditengarai menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah pasokan air yang kini menurun drastis menjadi 100 sampai 200 liter/detik, dan sampai saat curah hujan masih sangat minim.
"Kami berharap kepada masyarakat untuk lebih bersabar, ini bukan masalah teknis, melainkan karena faktor alam. Biasanya dari tahun ke tahun musim hujan pada bulan Desember sampai Maret, akan tetapi sampai saat ini belum turun hujan di daerah hulu" kata Arnawa.
Ia juga memperkirakan keadaan ini juga disebabkan oleh efek dari badai El-Nino yang hingga saat ini belum juga berhenti.
Wayan Arnawa juga mengatakan ini merupakan sejarah terburuk yang dialaminya, karena seharusnya bulan Desember sampai Maret musim hujan, tapi faktanya wilayah Bali curah hujan masih sangat minim sehingga debit air menurun drastis.
"Inilah salah salah satu penyebab terjadinya kelangkaan air serta terjadinya pendangkalan di aliran sungai, kami berharap kepada masyarakat agar tetap bersabar dan ikut memohon kepada Tuhan agar segera bisa turun hujan," ujarnya.
Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), akibat adanya El-Nino, diperkirakan awal musim hujan 2016 di beberapa wilayah mengalami kemunduran. El-Nino merupakan fenomena meningkatnya suhu permukaan laut di wilayah Australia (persisinya Samudera Pasifik bagian timur dan tengah), yang kemudian berdampak pada pengurangan jumlah pasokan uap air di Indonesia.
Selain itu, efek dari El-Nino pada tiap daerah pun berbeda-beda. Hal ini disebabkan letak geografis yang berbeda dan pola hujan yang tidak sama. Akibatnya, terjadi perubahan pada peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Kepala Bagian Produksi PDAM Kota Denpasar Wayan Arnawa di Denpasar, Rabu mengatakan pihaknya tidak bisa melayani secara maksimal ke pelanggan, karena debit air baku mengalami penurunan sangat drastis akibat musim kemarau panjang.
Ia mengatakan dengan kondisi ini, IPA Ayung Blusung hanya bisa berproduksi sebanyak 25 persen dari total produksi 550 liter per detik, sehingga berdampak pada pelayanan konsumen di wilayah Denpasar Utara dan Denpasar Barat.
Selain itu, kata dia, faktor perubahan cuaca serta iklim ditengarai menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah pasokan air yang kini menurun drastis menjadi 100 sampai 200 liter/detik, dan sampai saat curah hujan masih sangat minim.
"Kami berharap kepada masyarakat untuk lebih bersabar, ini bukan masalah teknis, melainkan karena faktor alam. Biasanya dari tahun ke tahun musim hujan pada bulan Desember sampai Maret, akan tetapi sampai saat ini belum turun hujan di daerah hulu" kata Arnawa.
Ia juga memperkirakan keadaan ini juga disebabkan oleh efek dari badai El-Nino yang hingga saat ini belum juga berhenti.
Wayan Arnawa juga mengatakan ini merupakan sejarah terburuk yang dialaminya, karena seharusnya bulan Desember sampai Maret musim hujan, tapi faktanya wilayah Bali curah hujan masih sangat minim sehingga debit air menurun drastis.
"Inilah salah salah satu penyebab terjadinya kelangkaan air serta terjadinya pendangkalan di aliran sungai, kami berharap kepada masyarakat agar tetap bersabar dan ikut memohon kepada Tuhan agar segera bisa turun hujan," ujarnya.
Menurut data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), akibat adanya El-Nino, diperkirakan awal musim hujan 2016 di beberapa wilayah mengalami kemunduran. El-Nino merupakan fenomena meningkatnya suhu permukaan laut di wilayah Australia (persisinya Samudera Pasifik bagian timur dan tengah), yang kemudian berdampak pada pengurangan jumlah pasokan uap air di Indonesia.
Selain itu, efek dari El-Nino pada tiap daerah pun berbeda-beda. Hal ini disebabkan letak geografis yang berbeda dan pola hujan yang tidak sama. Akibatnya, terjadi perubahan pada peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016