Jakarta (Antara Bali) - Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia, Prof. Dr.
Hardinsyah mengatakan bahwa kopi tidak mengandung zat jenis sianida.
"Kopi bukan sumber zat gizi, jadi tidak mungkin membahayakan. Kopi lebih banyak kafein dan zat anti oksigen, B1, mineral. Tapi karena diminumnya sedikit, orang ngopi bukan mengharapkan itu, tetapi hanya untuk stimulan agar tidak ngantuk atau menjaga stamina," kata dia, saat dihubungi ANTARA News via telpon, Minggu.
Hal senada juga disampaikan Spesialis Jantung RS Bunda, Dr. Dicky Armein Hanafy. "Pada umumnya kopi tidak mengandung sianida," ujar dia.
"Sianida merupakan racun paling mematikan yang merusak sistem saraf central dan sistem saraf otot," sambung dia.
Sementara itu, Spesialis Jantung Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dr. Siska S. Danny, SpJP mengungkapkan bahwa sianida merupakan zat toksik yang menghalangi sel manusia menggunakan oksigen sehingga menyebabkan kematian.
Lebih lanjut, menurut Dr. Dicky, sianida menyerang semua jaringan sehingga tidak terjadi pertukaran oksigen atau disebut mengalami hipoksia yakni kekurangan oksigen dalam jaringan.
"Sehingga kalau memang sianida masuk ke dalam tubuh menyebabkan koma, kejang-kejang dan gagal jantung. Namun, tergantung dosisnya, kalau ringan mungkin hanya sesak napas, sakit kepala, mual," kata dia.
Penyidik Polda Metro Jaya menduga Wayan Mirna Salimin atau Mirna (27) meninggal dunia akibat zat korosif yang menyebabkan kerusakan pada lambung. Dugaan kerusakan lambung Mirna akibat zat korosif jenis sianid berdasarkan ciri reaksi korban seperti kejang, mulut mengeluarkan buih.
Mirna meninggal dunia usai meminum kopi Es Vietnamens di Restauran Olivia di West Mall Grand Indonesia Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (6/1).
Prof. Hardinsyah mengungkapkan bahwa zat jenis sianida biasanya ditemukan pada singkong yang beracun, sementara singkong merupakan salah satu bahan untuk membuat creamer yang biasa ditambahkan saat menikmati kopi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kopi bukan sumber zat gizi, jadi tidak mungkin membahayakan. Kopi lebih banyak kafein dan zat anti oksigen, B1, mineral. Tapi karena diminumnya sedikit, orang ngopi bukan mengharapkan itu, tetapi hanya untuk stimulan agar tidak ngantuk atau menjaga stamina," kata dia, saat dihubungi ANTARA News via telpon, Minggu.
Hal senada juga disampaikan Spesialis Jantung RS Bunda, Dr. Dicky Armein Hanafy. "Pada umumnya kopi tidak mengandung sianida," ujar dia.
"Sianida merupakan racun paling mematikan yang merusak sistem saraf central dan sistem saraf otot," sambung dia.
Sementara itu, Spesialis Jantung Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dr. Siska S. Danny, SpJP mengungkapkan bahwa sianida merupakan zat toksik yang menghalangi sel manusia menggunakan oksigen sehingga menyebabkan kematian.
Lebih lanjut, menurut Dr. Dicky, sianida menyerang semua jaringan sehingga tidak terjadi pertukaran oksigen atau disebut mengalami hipoksia yakni kekurangan oksigen dalam jaringan.
"Sehingga kalau memang sianida masuk ke dalam tubuh menyebabkan koma, kejang-kejang dan gagal jantung. Namun, tergantung dosisnya, kalau ringan mungkin hanya sesak napas, sakit kepala, mual," kata dia.
Penyidik Polda Metro Jaya menduga Wayan Mirna Salimin atau Mirna (27) meninggal dunia akibat zat korosif yang menyebabkan kerusakan pada lambung. Dugaan kerusakan lambung Mirna akibat zat korosif jenis sianid berdasarkan ciri reaksi korban seperti kejang, mulut mengeluarkan buih.
Mirna meninggal dunia usai meminum kopi Es Vietnamens di Restauran Olivia di West Mall Grand Indonesia Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (6/1).
Prof. Hardinsyah mengungkapkan bahwa zat jenis sianida biasanya ditemukan pada singkong yang beracun, sementara singkong merupakan salah satu bahan untuk membuat creamer yang biasa ditambahkan saat menikmati kopi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016