Nusa Penida (Antara Bali) - Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Muhammad, memuji keberadaan "mola mola" (sunfish) yang merupakan ikan langka di perairan kawasan konservasi Nusa Penida.

"Untuk itu kami usul dan berharap ikan langka dan unik tersebut bisa menjadi ikon Nusa Penida yang merupakan salah satu kawasan wisata bahari," katanya ketika meresmikan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida di selatan Pulau Bali, Minggu.
 
Berdasarkan penjelasan Bupati Klungkung I Wayan Candra, ikan itu hanya muncul di perairan Nusa Penida antara bulan Juli sampai September.

"Saya senang ikan itu menjadi favorit wisatawan penyelam di dunia," komentarnya pada acara yang juga dihadiri Dubes AS untuk Indonesia Scot Marciel dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika.

Karena banyaknya mutiara terpendam di Nusa Penida, Fadel menyatakan daerah kepualaun tersebut sangat penting untuk dikembangkan, termasuk dengan menggandeng pemerintah AS untuk program konservasi.

"Karena konservasi menjadi perhatian besar negara tersebut, maka kita mengajak Dubes AS untuk ikut dalam peresmian konservasi ini," ucapnya.

Salah satu yang akan digandeng dalam kerja sama nanti adalah NOA yakni sejenis lembaga laut di AS. "Kalau di AS ada NASA untuk antariksa, maka untuk lautnya adalah NOA," ujarnya.

Selain itu, kata Fadel, pihaknya juga akan menggandeng "Coral Triangle Initiative" (CTI) yang salah satu anggotanya adalah Indonesia.

Ke depan, dia berharap kawasan Nusa Penida bisa menjadi "Amazon" bagi Indonsia. "Amazon adalah konservasi hutan terbesar di dunia," katanya.

Bahkan kawasan ini juga mampu menyedot miliaran dolar AS dari berbagai badan dunia. "Kita perlu lakukan pendekatan mirip dengan apa yang terjadi di Amerika, yakni dengan mengedepankan LSM lingkungan internasional seperti di Amazon," jelasnya.

Selain itu, dia juga menginginkan menjadikan Nusa Penida sebagai "Amazon of The Sea". Dengan memanfaatkan dana dari LSM asing, dana untuk pengembangan kawasan tersebut menjadi lebih besar.

Menurut dia, kalau hanya mengandalkan dari dana pemerintah sangat kecil, yakni hanya Rp13 miliar per tahun.

Sebaliknya jika mampu menarik lembaga pemerhati lingkungan internasional, maka dana yang bisa diharapkan berkisar 3-4 juta dolar AS per tahun.

Khusus untuk rumput laut, Fadel berharap bisa ditingkatkan. "Kalau sebelumnya mencapai 300 ton per bulan, hendaknya bisa ditingkatkan menjadi 500 ribu ton pertahun," harapnya.

Fadel berjanji untuk terus mendorong petani rumput laut guna meningkatkan kemampuannya. "Kami janji akan menggelontorkan bantuan Rp960 juta pada 2011 untuk kelompok petani rumput laut di Nusa Penida," ucapnya.

Terkait bantuan itu, Fadel juga menyarankan agar petani mempersiapkan bibit atau tempat pembibitan.

Selain itu, dia juga minta Bupati Klungkung atau Gubernur Bali melakukan langkah berani dengan mengatur atau memperdakan harga rumput laut yang menguntungkan pembudidaya.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010