Denpasar (Antara Bali) - Pascal Morabito, seorang arsitek yang berasal dari Prancis, melakukan upacara "buta yadnya" berupa "pecaruan" atau kurban di Pura Kahyangan Tiga di Desa Adat Berawa, Kuta, Bali, Kamis.
Upacara itu dilakukan atas tuntutan masyarakat Desa Adat Berawa yang mengetahui bahwa warga negara asing yang tinggal di salah satu vila di daerah tersebut, telah menyimpan tengkorak manusia zaman mongolia.
Setelah perbuatannya itu terbongkar pada September lalu, masyarakat meminta Pascal Morabito melakukan "pecaruan" guna menetralisir roh-roh jahat sekaligus "membersihkan" lokasi dari aneka "kotoran".
Masyarakat setempat berkeyakinan bahwa kalau ada orang yang menyimpan terkorak manusia di wilayahnya, merupakan suatu perbuatan yang dianggap mengotori daerah tersebut secara "niskala" atau rohaniah, maka perlu dilakukan upacara "pecaruan".
"Saya melakukan dengan ikhlas upacara ini untuk membersihkan wilayah secara niskala. Ini harus saya lakukan karena sebelumnya saya tidak tahu kalau menyimpan tengkorak manusia tidak boleh di sini," kata Pascal Morabito, dengan raut muka polos.
Pria berkebangsaan Prancis bersama anak dan isterinya, tampak dengan penuh khidmat dan iklas melaksanakan upacara yang ditandai dengan bersembahyang bersama dan menerima percikan air suci dari pendeta yang memimpin upacara tersebut.
Sementara tengkorak manusia yang dibawa dari negerinya di Prancis, kini sudah diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Bali sebagai tambahan koleksi benda-benda arkeologi yang ada di daerah ini.
Morabito mengaku telah memboyong keluarganya untuk menetap di Bali sejak 2006. Ia mengaku tertarik tinggal di daerah yang dijuluki pulau seribu pura setelah menemukan suasana yang damai serta keindahan alam yang didamba selama ini.
Arsitek asal Prancis itu sebenarnya sejak lama berangan-angan bisa hidup di luar negeranya dan ia sudah berkeliling ke sejumlah negara seperti India, Sri Langka, Vietnam dan China, namun pilihannya jatuh di Indonesia.
Bali dipilih sebagai tempat tinggalnya sekarang, karena daerah yang menjadi salah satu objek wisata menarik dunia internasional itu memiliki beraneka ragam kekayaan seni yang bernilai tinggi dan keindahan alamnya.
Ia yang mengaku keluarga perajin perhiasan, tercatat berhasil merealisasikan karya-karya unik berupa perhiasan mewah bagi pelanggan pribadi dan juga internasional, antara lain pembuatan kompresi patung emas dan perak karya Cesar.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
Upacara itu dilakukan atas tuntutan masyarakat Desa Adat Berawa yang mengetahui bahwa warga negara asing yang tinggal di salah satu vila di daerah tersebut, telah menyimpan tengkorak manusia zaman mongolia.
Setelah perbuatannya itu terbongkar pada September lalu, masyarakat meminta Pascal Morabito melakukan "pecaruan" guna menetralisir roh-roh jahat sekaligus "membersihkan" lokasi dari aneka "kotoran".
Masyarakat setempat berkeyakinan bahwa kalau ada orang yang menyimpan terkorak manusia di wilayahnya, merupakan suatu perbuatan yang dianggap mengotori daerah tersebut secara "niskala" atau rohaniah, maka perlu dilakukan upacara "pecaruan".
"Saya melakukan dengan ikhlas upacara ini untuk membersihkan wilayah secara niskala. Ini harus saya lakukan karena sebelumnya saya tidak tahu kalau menyimpan tengkorak manusia tidak boleh di sini," kata Pascal Morabito, dengan raut muka polos.
Pria berkebangsaan Prancis bersama anak dan isterinya, tampak dengan penuh khidmat dan iklas melaksanakan upacara yang ditandai dengan bersembahyang bersama dan menerima percikan air suci dari pendeta yang memimpin upacara tersebut.
Sementara tengkorak manusia yang dibawa dari negerinya di Prancis, kini sudah diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Bali sebagai tambahan koleksi benda-benda arkeologi yang ada di daerah ini.
Morabito mengaku telah memboyong keluarganya untuk menetap di Bali sejak 2006. Ia mengaku tertarik tinggal di daerah yang dijuluki pulau seribu pura setelah menemukan suasana yang damai serta keindahan alam yang didamba selama ini.
Arsitek asal Prancis itu sebenarnya sejak lama berangan-angan bisa hidup di luar negeranya dan ia sudah berkeliling ke sejumlah negara seperti India, Sri Langka, Vietnam dan China, namun pilihannya jatuh di Indonesia.
Bali dipilih sebagai tempat tinggalnya sekarang, karena daerah yang menjadi salah satu objek wisata menarik dunia internasional itu memiliki beraneka ragam kekayaan seni yang bernilai tinggi dan keindahan alamnya.
Ia yang mengaku keluarga perajin perhiasan, tercatat berhasil merealisasikan karya-karya unik berupa perhiasan mewah bagi pelanggan pribadi dan juga internasional, antara lain pembuatan kompresi patung emas dan perak karya Cesar.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010