Badung (Antara Bali) - Dinas Pertanian Kabupaten Badung, Bali, menjadikan sayuran asparagus sebagai komoditas utama dalam meningkatkan ekonomi masyarakat di Desa Plaga, karena banyak diminati pasar mancanegara dan kebutuhan pariwisata di Pulau Dewata.
"Asparagus ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan pemasarannya secara global sangat cepat, sehingga sangat tepat dikembangkan budidaya sayuran tersebut," kata Kadis Pertanian Kabupaten Badung, Ir I Gusti Agung Sudaratmaja, di Badung, Jumat.
Menurut dia, apabila budidaya asparagus ini terus berkembang, maka isue persaingan perdagangan bebas di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, di Bali dapat ditekan melalui upaya tersebut.
Ia menjelaskan, sejak Tahun 2015 pendapatan petani asparagus di Desa Plaga, Badung itu, naik menjadi lima kali lipat yang sekaligus menjawab kesenjangan sosial di daerah perkotaan dan pedesaan di daerah tersebut.
"Dari kajian ekonomi para petani di Desa Plaga mampu meraup omset lima kali lipat atau 21 juta per bulan dari hasil penjualan asparagus itu," ujarnya.
Selain itu, komoditas sayuran asparagus ini menjawab semua sinergitas pertanian dan pariwisata di Pulau Dewata sehingga pihaknya optimistis ke depannya budidaya sayuran itu akan menjadi rujukan dari daerah lainnya.
"Namun, upaya ini juga perlu dukungan media massa untuk promosi hasil pertanian asparagus dan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari budidaya sayur itu," ujarnya.
Sudaratmaja mengakui, kendala yang dihadapi petani asparagus di desa itu yakni kewalahan memenuhi permintan konsumen yang semakin meningkat untuk diekspor ke luar negeri, karena kualitas produksi sayur jenis itu sangat baik.
Namun, pihaknya akan terus berupaya mendorong petani asparagus itu agar terus meningkatkan produksinya melalui perluasan lahan dan pembibitan secara mandiri.
Berdasarkan surat edaran dari Menpan-RB, seluruh SKPD yang ada dimasing-masing daerah disetiap provinsi wajib miliki satu inovasi, sehingga Kabupaten Badung memiliki terobosan budidaya sayur Asparagus.
"Tahun 2015 budidaya asparagus ini masuk nominasi top 25, dari kegiatan Menpan RB menyisihkan 1000 peserta lebih," ujarnya.
Strategi untuk pengembangan asparagus dengan memikirkan produksi asparagus secara lokal, namum dikenal global.
Ia menambahkan, kegiatan budidaya sayur itu betul-betul dilakukan mandiri para petani dengan terus berkereatifitas, mengembangkan potensi masyarakat, mencari ikon untuk di promosikan, kajian ekonomis.
Kemudian, mampu menjadikan desa jadi pusat pertumbuhan ekonomi, secara mandiri Desa Plaga mampu memutar pertumbuhan ekonomi dari produksi asparagus hingga Rp4 miliar hingga Rp 6 miliar per tahun perputaran uang terjadi.
"Untuk itu, dengan adanya budidaya ini juga dapat mendongkrak produksi sayuran lain di desa plaga seperti tomat ceri, beby corn, beby buncis, muncuk waluh," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Asparagus ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan pemasarannya secara global sangat cepat, sehingga sangat tepat dikembangkan budidaya sayuran tersebut," kata Kadis Pertanian Kabupaten Badung, Ir I Gusti Agung Sudaratmaja, di Badung, Jumat.
Menurut dia, apabila budidaya asparagus ini terus berkembang, maka isue persaingan perdagangan bebas di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, di Bali dapat ditekan melalui upaya tersebut.
Ia menjelaskan, sejak Tahun 2015 pendapatan petani asparagus di Desa Plaga, Badung itu, naik menjadi lima kali lipat yang sekaligus menjawab kesenjangan sosial di daerah perkotaan dan pedesaan di daerah tersebut.
"Dari kajian ekonomi para petani di Desa Plaga mampu meraup omset lima kali lipat atau 21 juta per bulan dari hasil penjualan asparagus itu," ujarnya.
Selain itu, komoditas sayuran asparagus ini menjawab semua sinergitas pertanian dan pariwisata di Pulau Dewata sehingga pihaknya optimistis ke depannya budidaya sayuran itu akan menjadi rujukan dari daerah lainnya.
"Namun, upaya ini juga perlu dukungan media massa untuk promosi hasil pertanian asparagus dan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari budidaya sayur itu," ujarnya.
Sudaratmaja mengakui, kendala yang dihadapi petani asparagus di desa itu yakni kewalahan memenuhi permintan konsumen yang semakin meningkat untuk diekspor ke luar negeri, karena kualitas produksi sayur jenis itu sangat baik.
Namun, pihaknya akan terus berupaya mendorong petani asparagus itu agar terus meningkatkan produksinya melalui perluasan lahan dan pembibitan secara mandiri.
Berdasarkan surat edaran dari Menpan-RB, seluruh SKPD yang ada dimasing-masing daerah disetiap provinsi wajib miliki satu inovasi, sehingga Kabupaten Badung memiliki terobosan budidaya sayur Asparagus.
"Tahun 2015 budidaya asparagus ini masuk nominasi top 25, dari kegiatan Menpan RB menyisihkan 1000 peserta lebih," ujarnya.
Strategi untuk pengembangan asparagus dengan memikirkan produksi asparagus secara lokal, namum dikenal global.
Ia menambahkan, kegiatan budidaya sayur itu betul-betul dilakukan mandiri para petani dengan terus berkereatifitas, mengembangkan potensi masyarakat, mencari ikon untuk di promosikan, kajian ekonomis.
Kemudian, mampu menjadikan desa jadi pusat pertumbuhan ekonomi, secara mandiri Desa Plaga mampu memutar pertumbuhan ekonomi dari produksi asparagus hingga Rp4 miliar hingga Rp 6 miliar per tahun perputaran uang terjadi.
"Untuk itu, dengan adanya budidaya ini juga dapat mendongkrak produksi sayuran lain di desa plaga seperti tomat ceri, beby corn, beby buncis, muncuk waluh," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015