Bangli (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika meminta pengembangan perkebunan hortikultura yang dilaksanakan dengan sistem "One Village One Product" di Kabupaten Bangli dapat diintegrasikan dengan berbagai program lainnya.
"Jajaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait melalui program-program Bali Mandara, saya harapkan bisa langsung terintegrasi dengan perkebunan itu," kata Pastika saat meninjau salah satu perkebunan hortikultura di Bangli, Minggu.
Pastika menilai pembangunan perkebunan tersebut selama ini yang sudah berjalan dilaksanakan secara sektoral, sehingga hanya dilaksanakan oleh satu instansi tanpa adanya koordinasi.
Demikian juga tidak terintegrasi dengan program-program lainnya yang bisa mendukung pelaku-pelaku usaha perkebunan tersebut baik UMKM atau petaninya.
Perkebunan tersebut merupakan kebun percontohan yang menanam jenis tanaman perkebunan yang khas dan unggul, serta dikembangkan menjadi satu produk yang dominan untuk menggerakkan perekonomian dalam satu desa.
Awalnya perkebunan itu merupakan bantuan dari Kementerian UMKM, kemudian dikelola secara OVOP dengan tenaga ahli pendamping dari Taiwan yang kontrak awalnya selama empat tahun.
Kontrak pertama dimulai tahun 2010 sampai dengan 2014, namun karena kebutuhan pendampingan kontrak kembali diperpanjang setahun pada tahun 2015 untuk kontrak kedua.
Pastika yang baru mengetahui hal itu saat peninjauan langsung menginstruksikan jajarannya untuk segera mengambil tindakan saat masa kontrak pengelola berakhir.
"Saya tidak mau apa yang sudah dikorbankan untuk mengelola perkebunan itu dengan susah payah meliputi biaya, tenaga dan waktu nantinya terbuang sia-sia," ujarnya.
Dengan kunjungannya itu, Pastika berharap jajaran SKPD terkait bisa mengambil langkah terintegrasi dengan perkebunan itu.
Dia mencontohkan seperti integrasi program Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu) untuk bantuan permodalan, Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) dengan bantuan ternak yang kotorannya bisa dimanfaatkan untuk pupuk, ataupun integrasi dinas seperti dinas pertanian melalui penyuluhan-penyuluhan, dan dinas koperasi melalui pendampingan UMKM.
Pastika juga menekankan pentingnya sektor pemasaran, karena apabila produk yang dihasilkan bagus tetapi pemasaran tidak tepat tentu usaha tersebut tidak akan maju.
Untuk itu, ia meminta Disperindag agar ikut terlibat dan semua program yang terintegrasi tersebut menurutnya perlu dibawah satu koordinator sehingga memudahkan koordinasi yakni melalui program Gerbangsadu yang dikelola BPMPD.
Sementara itu, salah seorang pegawai pengelola OVOP, Kadek Purwata, menyampaikan perkebunan yang dikelolanya dengan lahan 0,8 hektare memelihara dua jenis tanaman yakni jeruk jenis siam sebanyak 242 pohon dan jambu biji sebanyak 148 pohon.
Dalam setiap panen, masing-masing pohon jeruk dan jambu biji tersebut bisa menghasilkan buah sebanyak 25 kilogram per-pohon. Dan melalui UMKM desa setempat, hasil panen tersebut terutama jeruk menurutnya diolah menjadi produk oleh-oleh berupa pia dan selai.
Pemasaran produk-produk tersebut baru sebatas melayani pemesanan, karena hanya dijual di pusat penjualan oleh-oleh. Ia mengaku kesulitan mengedarkan produk di pasaran.
Penjabat Bupati Bangli, I Dewa Gede Mahendra Putra, yang ikut mendampingi kunjungan Gubernur Bali menyatakan apresiasinya atas perhatian yang diberikan terhadap Kabupaten Bangli.
Menurut dia, sudah banyak program-program Bali Mandara yang digelontorkan di Bangli, yang mendukung peningkatan perekonomian setempat.
Oleh karena itu, menjadi kewajibannya untuk mengawal pelaksanaan program-program tersebut, sehingga bisa diketahui tingkat keberhasilannya maupun tantangannya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Jajaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait melalui program-program Bali Mandara, saya harapkan bisa langsung terintegrasi dengan perkebunan itu," kata Pastika saat meninjau salah satu perkebunan hortikultura di Bangli, Minggu.
Pastika menilai pembangunan perkebunan tersebut selama ini yang sudah berjalan dilaksanakan secara sektoral, sehingga hanya dilaksanakan oleh satu instansi tanpa adanya koordinasi.
Demikian juga tidak terintegrasi dengan program-program lainnya yang bisa mendukung pelaku-pelaku usaha perkebunan tersebut baik UMKM atau petaninya.
Perkebunan tersebut merupakan kebun percontohan yang menanam jenis tanaman perkebunan yang khas dan unggul, serta dikembangkan menjadi satu produk yang dominan untuk menggerakkan perekonomian dalam satu desa.
Awalnya perkebunan itu merupakan bantuan dari Kementerian UMKM, kemudian dikelola secara OVOP dengan tenaga ahli pendamping dari Taiwan yang kontrak awalnya selama empat tahun.
Kontrak pertama dimulai tahun 2010 sampai dengan 2014, namun karena kebutuhan pendampingan kontrak kembali diperpanjang setahun pada tahun 2015 untuk kontrak kedua.
Pastika yang baru mengetahui hal itu saat peninjauan langsung menginstruksikan jajarannya untuk segera mengambil tindakan saat masa kontrak pengelola berakhir.
"Saya tidak mau apa yang sudah dikorbankan untuk mengelola perkebunan itu dengan susah payah meliputi biaya, tenaga dan waktu nantinya terbuang sia-sia," ujarnya.
Dengan kunjungannya itu, Pastika berharap jajaran SKPD terkait bisa mengambil langkah terintegrasi dengan perkebunan itu.
Dia mencontohkan seperti integrasi program Gerakan Pembangunan Desa Terpadu (Gerbangsadu) untuk bantuan permodalan, Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) dengan bantuan ternak yang kotorannya bisa dimanfaatkan untuk pupuk, ataupun integrasi dinas seperti dinas pertanian melalui penyuluhan-penyuluhan, dan dinas koperasi melalui pendampingan UMKM.
Pastika juga menekankan pentingnya sektor pemasaran, karena apabila produk yang dihasilkan bagus tetapi pemasaran tidak tepat tentu usaha tersebut tidak akan maju.
Untuk itu, ia meminta Disperindag agar ikut terlibat dan semua program yang terintegrasi tersebut menurutnya perlu dibawah satu koordinator sehingga memudahkan koordinasi yakni melalui program Gerbangsadu yang dikelola BPMPD.
Sementara itu, salah seorang pegawai pengelola OVOP, Kadek Purwata, menyampaikan perkebunan yang dikelolanya dengan lahan 0,8 hektare memelihara dua jenis tanaman yakni jeruk jenis siam sebanyak 242 pohon dan jambu biji sebanyak 148 pohon.
Dalam setiap panen, masing-masing pohon jeruk dan jambu biji tersebut bisa menghasilkan buah sebanyak 25 kilogram per-pohon. Dan melalui UMKM desa setempat, hasil panen tersebut terutama jeruk menurutnya diolah menjadi produk oleh-oleh berupa pia dan selai.
Pemasaran produk-produk tersebut baru sebatas melayani pemesanan, karena hanya dijual di pusat penjualan oleh-oleh. Ia mengaku kesulitan mengedarkan produk di pasaran.
Penjabat Bupati Bangli, I Dewa Gede Mahendra Putra, yang ikut mendampingi kunjungan Gubernur Bali menyatakan apresiasinya atas perhatian yang diberikan terhadap Kabupaten Bangli.
Menurut dia, sudah banyak program-program Bali Mandara yang digelontorkan di Bangli, yang mendukung peningkatan perekonomian setempat.
Oleh karena itu, menjadi kewajibannya untuk mengawal pelaksanaan program-program tersebut, sehingga bisa diketahui tingkat keberhasilannya maupun tantangannya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015