Denpasar (Antara Bali) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali berinisiatif mengadakan pameran dan lomba desain tenun Bali, sebagai upaya menggali potensi dan melestarikan budaya adat istiadat daerah setempat, khususnya tenun Bali.
Kegiatan tersebut melibatkan 58 perajin kain tenun utusan dari Kabupaten Gianyar, Karangasem, Buleleng dan Klungkung, sebut siaran pers Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali yang diterima Antara, di Denpasar, Sabtu.
Kegiatan tersebut akan digelar Senin (14/9) di kantor BI setempat yang bertujuan untuk menghadirkan kembali tenun klasik dan tradisional Bali dengan corak yang lebih sesuai dengan perkembangan selera masyarakat modern.
Perkembangan corak tersebut dengan tidak meninggalkan kaedah dan tatanan tenun sesuai kearifan lokal Bali.
Lomba tersebut melibatkan dewan juri untuk menilai para peserta dan kegiatan itu diharapkan bisa dihadiri Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara dan Wakil Gubernur Provinsi Bali, Drs. Ir. I Ketut Sudikerta.
Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat, perolehan devisa dari perdagangan luar negeri khusus kain tenun dan aneka tekstil lainnya hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali meningkat setiap bulannya hingga mencapai 6,9 juta dolar AS selama empat bulan periode Januari-April 2015.
Kain tenun buatan tangan-tangan wanita Bali, seperti kain Songket, kain tenun sutra dan kain tenun ikat semakin dilirik wisatawan sehingga perolehan devisa meningkat setiap bulannya.
Dalam laporan kajian ekonomi regional Bali hingga April 2015, disebutkan perdagangan ekspor kain tenun itu selama Januari 2015 hanya 1,2 juta dolar, Februari 1,4 juta dolar, Maret dua juta dan April naik lagi menjadi 2,2 juta dolar sehingga seluruhnya mencapai 6,9 juta dolar.
Pemerintah berupaya bisa memasarkan kain tenunan Bali ke pasar ekspor dengan mengirim pengrajin maupun eksportir untuk mengikuti pameran dagang ke mancanegara seperti ke Jepang dan Tiongkok dengan harapan semakin mendapat perhatian konsumen mancanegara.
Kain tenun Bali awalnya hanya digunakan para orang tua dan kalangan bangsawan, sekarang dengan pertumbuhan ekonomi rakyat meningkat, maka hampir sebagian besar masyarakat bisa mengenakan, baik untuk ritual besar maupun sembahyang ke pura.
Bali selain gencar memasarkan kain tenun ke mancanegara juga dalam upaya mengangkat citra kain tenunan ikat dengan meminta agar pegawai instansi pemerintah daerah setempat menggunakan sebagai seragam.
Bagi masyarakat Bali sekarang sudah memasyarakat dalam penggunaan kain tenun dimanfaatkan sebagai "kamen" (kain untuk sembahyang ke Pura), "saput" (kain yang dipakai kaum pria setelah menggunakan kamen).
Masyarakat juga menggunakan kain tenunan sebagai udeng (ikat kepala bagi pria). Turis asing yang menyaksikan orang Bali mengenakan pakaian daerah dengan kain tenunan, maka mereka tertarik untuk memilikinya.
Oleh sebab itu, kain tenun buatan Bali selain banyak memasuki pasar ekspor, terutama ke Eropa, Jepang dan Amerika Serikat, juga dibeli pelancong mancanegara yang sedang menikmati liburan di Pulau Dewata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Kegiatan tersebut melibatkan 58 perajin kain tenun utusan dari Kabupaten Gianyar, Karangasem, Buleleng dan Klungkung, sebut siaran pers Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali yang diterima Antara, di Denpasar, Sabtu.
Kegiatan tersebut akan digelar Senin (14/9) di kantor BI setempat yang bertujuan untuk menghadirkan kembali tenun klasik dan tradisional Bali dengan corak yang lebih sesuai dengan perkembangan selera masyarakat modern.
Perkembangan corak tersebut dengan tidak meninggalkan kaedah dan tatanan tenun sesuai kearifan lokal Bali.
Lomba tersebut melibatkan dewan juri untuk menilai para peserta dan kegiatan itu diharapkan bisa dihadiri Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara dan Wakil Gubernur Provinsi Bali, Drs. Ir. I Ketut Sudikerta.
Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat, perolehan devisa dari perdagangan luar negeri khusus kain tenun dan aneka tekstil lainnya hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali meningkat setiap bulannya hingga mencapai 6,9 juta dolar AS selama empat bulan periode Januari-April 2015.
Kain tenun buatan tangan-tangan wanita Bali, seperti kain Songket, kain tenun sutra dan kain tenun ikat semakin dilirik wisatawan sehingga perolehan devisa meningkat setiap bulannya.
Dalam laporan kajian ekonomi regional Bali hingga April 2015, disebutkan perdagangan ekspor kain tenun itu selama Januari 2015 hanya 1,2 juta dolar, Februari 1,4 juta dolar, Maret dua juta dan April naik lagi menjadi 2,2 juta dolar sehingga seluruhnya mencapai 6,9 juta dolar.
Pemerintah berupaya bisa memasarkan kain tenunan Bali ke pasar ekspor dengan mengirim pengrajin maupun eksportir untuk mengikuti pameran dagang ke mancanegara seperti ke Jepang dan Tiongkok dengan harapan semakin mendapat perhatian konsumen mancanegara.
Kain tenun Bali awalnya hanya digunakan para orang tua dan kalangan bangsawan, sekarang dengan pertumbuhan ekonomi rakyat meningkat, maka hampir sebagian besar masyarakat bisa mengenakan, baik untuk ritual besar maupun sembahyang ke pura.
Bali selain gencar memasarkan kain tenun ke mancanegara juga dalam upaya mengangkat citra kain tenunan ikat dengan meminta agar pegawai instansi pemerintah daerah setempat menggunakan sebagai seragam.
Bagi masyarakat Bali sekarang sudah memasyarakat dalam penggunaan kain tenun dimanfaatkan sebagai "kamen" (kain untuk sembahyang ke Pura), "saput" (kain yang dipakai kaum pria setelah menggunakan kamen).
Masyarakat juga menggunakan kain tenunan sebagai udeng (ikat kepala bagi pria). Turis asing yang menyaksikan orang Bali mengenakan pakaian daerah dengan kain tenunan, maka mereka tertarik untuk memilikinya.
Oleh sebab itu, kain tenun buatan Bali selain banyak memasuki pasar ekspor, terutama ke Eropa, Jepang dan Amerika Serikat, juga dibeli pelancong mancanegara yang sedang menikmati liburan di Pulau Dewata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015